TEMPO.CO, Yogyakarta - Banyak ide kreatif bermunculan pada tema "Program Kreativitas Mahasiswa”, yang bersaing di kompetisi Pekan Ilmiah Nasional 2012 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sebagian bertema sepele, tapi muatan inovasinya layak mendapat apresiasi.
Ambil contoh, karya bertajuk "Edutourism English Course: Bisnis Kursus Bahasa Inggris dengan Metode Pembelajaran Wisata Budaya dan Sejarah". Kursus unik ini menjadi kegiatan bisnis sampingan tiga mahasiswa Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Inggris: Mirza Prasetya, Nehu Tegar, dan Dyla Nur Amaany. "Kami mencoba membuat kursus bahasa Inggris yang tak monoton," kata Mirza.
Mirza mengatakan konsep kursus mereka adalah pembelajaran bahasa Inggris yang dipadukan dengan wisata sejarah dan budaya di Yogyakarta. Peserta kursus diwajibkan menggali pengetahuan mengenai tempat-tempat bersejarah dan kemudian diarahkan menjelaskannya ke wisatawan asing di lokasi wisata. Tempat langganan kursus ini, di antaranya Candi Prambanan, Tamansari, Malioboro, dan Borobudur.
Karya lainnya adalah "Es Krim Cokelat Pengganti Obat Batuk Antitusif" milik mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Rilnia Metha, koordinator tim itu, mengatakan es krim berbahan cokelat itu malah bisa meredakan batuk jika suhunya dibuat lebih tinggi dari suhu rata-rata es krim.
Cokelat, kata Metha, punya zat teobromin yang punya cara kerja seperti obat batuk dalam menekan refleks batuk, jika suhu udara untuk es krim dibuat agak tinggi. Hasil pengujian pada 30 mahasiswa, menurut dia, membuktikan bahwa kualitas efek teobromin terhadap penderita batuk sama dengan pengaruh dextromethorphan pada obat batuk umumnya. "Tapi es krim cokelat untuk batuk ini tak punya efek samping seperti obat," ujarnya.
Tak kalah menarik, tim Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY membuat karya tentang pengembangan bahan bumbu tradisional temu kunci untuk penangkal flu burung. Mifta Rizkiani dan empat temannya menyusun karya ini setelah meneliti potensi temu kunci untuk peningkat daya imun hewan ternak.
"Banyak penyakit unggas yang bisa ditangkal, yang paling berat flu burung,” ujar Mifta saat presentasi di depan juri Pekan Ilmiah Nasional.
Penelitian berjudul "Uji Aktivitas Imunostimulator Temu Kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb)) pada "Coturnix coturnix" yang Terinduksi Vaksin AI ("Avian influenza") Subtipe H5N1 Melalui Pengukuran Titer Antibodi" ini, kata Mifta, memberikan sumbangan baru untuk vaksinasi flu burung pada unggas. Temuannya, temu kunci, memiliki titer antibodi "Imunoglobulin yolk", yang bisa meningkatkan daya imun induk unggas sekaligus memberikan kekebalan pasif pada bibit telurnya. "Pemanfaatannya dengan cara memblender rimpang temu kunci dan memeras airnya untuk dicampur dengan makanan unggas," kata Mifta.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Berita lain:
Mengapa Jokowi Bisa Memutarbalikkan Hasil Survei
Saling Sindir Joko Widodo dan Fauzi Bowo
Pembantu Indonesia Jadi Miliarder
Mega : Soal Koalisi Bukan Urusan Jokowi
Ahok Samakan Jokowi dengan Ahmadinejad