TEMPO.CO , Jambi - Populasi harimau Sumatera semakin berkurang akibat eksplorasi kawasan hutan. Namun dalam kurun waktu dua tahun mendatang populasinya akan digenjot sebanyak tiga persen.
"Jumlah harimau Sumatera yang masih tersisa saat ini diperkirakan hanya 400 ekor," kata Trisiswo, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi, Minggu 15 Juli 2012.
Menurut Trisiswo, target tersebut sebelumnya telah digagas bersama pemerintah dan berbagai kalangan pemerhati harimau untuk melindungi habitat harimau yang terus terancam dari kepunahan.
"Pada dasarnya upaya konservasi harimau ataupun gajah ini tidak hanya pada perlindungan dari kepunahan. Namun yang paling penting adalah bagaimana menjaga keseimbangan alam, terciptanya ekosistem alam yang selaras," ujarnya.
Harimau Sumatera masuk pada kategori enam satwa yang kritis atau terancam dari kepunahan. Berbagai faktor kompleks sangat mempengaruhi populasi harimau Sumatera.
Perburuan, konflik harimau-manusia, alih fungsi lahan dan hutan serta perambahan ataupun faktor ekonomi masyarakat dinilai menjadi faktor utama semakin terdesaknya populasi harimau Sumatera.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), M. Arief Toengkye, mengatakan menjaga hutan sebagai salah satu habitat harimau Sumatera bukanlah perkara yang mudah. TNKS memiliki luas 1,3 juta hektare lebih. Namun 42 ribu hektare di antaranya diketahui mengalami kerusakan parah akibat kegiatan perambahan.
Menurut dia, maraknya perambahan lahan di luar kawasan hutan, konflik harimau-manusia serta perburuan, terus mendesak harimau masuk ke dalam kawasan hutan baik hutan lindung maupun konservasi.
"Masalahnya adalah personel polisi kehutanan yang sangat minim. TNKS dengan 1,3 juta hektare hanya dijaga oleh 200 personel. Belum lagi luasan berbagai hutan lindung ataupun taman nasional lainnya di Jambi yang juga minim personel penjagaan. Kondisi ini sangat riskan akan munculnya perambah, sehingga mengancam ekosistem harimau. Belum lagi perburuan terhadap hewan yang merupakan mangsa makanan harimau," katanya.
Namun, kata dia, pemerintah bukan berarti tanpa upaya untuk menjaga habitat harimau Sumatera tidak bernasib seperti harimau Jawa yang telah mengalami kepunahan.
"Bersama beberapa lembaga pemerhati harimau Sumatera serta dengan melibatkan masyarakat di sekitar kawasan hutan, kami terus mencoba melakukan langkah-langkah strategis penjagaan hutan dan ekosistem," ujarnya.
Darmawan Kusmanto dari Forum Harimau menyebutkan harimau Sumatera merupakan spesies harimau terakhir yang ada di Indonesia. Dua spesies harimau lainnya, yakni harimau Bali dan harimau Jawa, telah dinyatakan punah sejak 1950-an dan 1980-an.
Hingga tahun 1970-an, berdasarkan hasil penelitian Borner, populasi harimau Sumatera diperkirakan mencapai seribu ekor. Pada 1985, populasi harimau Sumatera menurun menjadi 800 ekor dan tersebar di 26 kawasan hutan lindung.
"Berdasarkan berbagai riset dan penelitian berbagai peneliti, jumlah itu terus menurun dari tahun ke tahun. Dan diperkirakan hingga kini populasi harimau Sumatera tinggal 400-500 ekor yang menyebar di beberapa hutan lindung dan taman nasional," kata Darmawan.
Perburuan lebih lanjut, dikemukakan Darmawan, masih menjadi ancaman utama atas populasi harimau Sumatera. Berdasarkan catatan Sheppard dan Magnus, 253 ekor harimau Sumatera diambil secara ilegal dari habitatnya antara 1998-2002.
"Tak hanya itu, tingginya deforestasi hutan Sumatera juga menjadi penyebab serius semakin menyempitnya habitat hutan. Kondisi ini lantaran ulah manusia untuk merambah, mengalihfungsikan kawasan hutan menjadi perkebunan ataupun pemukiman baik secara legal maupun ilegal," ujarnya.
SYAIPUL BAKHORI
Berita Populer:
Kalah di IKCA, Smash Jadi Topik Terhangat Twitter
Sahabat Bantah Anak Sylvester Stallone Overdosis
Twitter Tak Akan Tiru Jejak Facebook
Tiga Cara Mengecek Kuota Internet XL
Pasar PC Kian Terdesak Smartphone dan Tablet