TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komite Bersama Djamal Aziz menyatakan format kompetisi sepak bola Indonesia musim depan harus tetap bernama Liga Super Indonesia, yang diikuti 18 klub. Konsep inilah yang akan ditawarkan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia dalam lanjutan rapat Komite Bersama, di Jakarta, 24 Juli mendatang.
"Konsep kompetisi harus dikembalikan kepada konstituen, yaitu konstituen hasil Kongres Bali lalu. Dalam Kongres Bali disebutkan bahwa kompetisi resmi adalah Liga Super, yang diikuti 18 klub," ujar Djamal di Jakarta, Senin, 16 Juli 2012.
Pembahasan ihwal kompetisi diperkirakan berjalan alot dalam rapat Komite Bersama. PSSI, beberapa waktu lalu, mengeluarkan ide untuk melebur peserta dua kompetisi yang sekarang berlangsung menjadi satu. Peleburan itu didasari peringkat akhir di klasemen akhir masing-masing liga (Liga Super Indonesia dan Liga Prima Indonesia).
"Tak usah repot. Soal kompetisi, kita kembali ke aturan saja. Serahkan kepada yang memang memiliki PSSI, yaitu anggota yang sah, yaitu yang hadir di Kongres Bali," Djamal menambahkan. Djamal merupakan anggota Komite Eksekutif PSSI versi KPSI, yang dipilih saat Kongres Luar Biasa di Ancol, Jakarta.
Saat ini kompetisi Liga Prima Indonesia (LPI) berada di bawah kontrol PSSI, sedangkan Liga Super Indonesia (LSI) di bawah KPSI. LSI sempat tidak diakui PSSI sehingga sempat memancing penolakan dari klub yang berimbas buruknya prestasi tim nasional Indonesia. Meski PSSI sekarang telah mengakui keberadaan LSI, resistansi terhadap PSSI belum reda.
Soal kompetisi merupakan satu di antara lima hal yang akan dibahas Komite Bersama PSSI dan KPSI. Selain format kompetisi, hal lain yang akan dibahas adalah perubahan statuta dan status empat anggota Komite Eksekutif yang dipecat PSSI beberapa bulan lalu.
Dalam rapat Komite Bersama pertama pada 12 Juli lalu, kedua pihak (PSSI dan KPSI) belum membahas masalah apa pun. "Baru sekadar menyamakan visi dan misi saja," ujar Djamal.
Arie Firdaus