TEMPO.CO, Yogyakarta-Gunung Merapi kembali menunjukkan aktivitasnya. Sejak Minggu (15/7) petang, terjadi guguran material vulkanik dari satu kubah lava. Akibatnya, hujan abu terjadi di dua desa di sekitar Merapi. Informasi dari Jalin Merapi menyebutkan, saat ini Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) DIY sedang mengkaji penyebab kegempaan.
Namun, Kepala BPPTK DIY, Subandriyo, mengatakan guguran itu akibat hembusan gas dari dalam tubuh Merapi. “Guguran itu sebagai efek spontan, bukan peningkatan aktivitas. Data-data kami pantau tidak menunjukkan kenaikan aktivitas," kata dia.
Dia menambahkan, aktivitas yang terjadi wajar, karena ada pergerakan dari dalam tepatnya di bagian tepi kubah. Akibat aktivitas itu, dua desa di wilayah selatan-barat daya Merapi, di Kabupaten Magelang, yakni Desa Sewukan dan Desa Sengi Kecamatan Dukun, kembali diguyur hujan abu.
Hujan abu tipis merembet di sekitar wilayah Kecamatan Sawangan dan Muntilan. “Dampak guguran itu arahnya ke Kali Lamat dan Senowo, dan dua desa mengalami hujan abu kurang lebih 30 menit, tapi tipis, tidak pekat,” kata Koordinator Relawan Merapi, Chabibullah, kepada Tempo, Ahad 15 Juli 2012.
Akibat hujan abu tersebut, warga sempat panik dan berhamburan keluar rumah. Namun tidak sampai dilakukan evakuasi, karena guyuran abu segera berhenti. “Sampai sekarang masih aman karena tidak ada aktivitas lagi,” kata Chabib, yang juga Ketua Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Magelang.
Baca Juga:
Dari pantauan timnya, dia menyebut, kubah yang gugur letaknya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dengan DIY akibat pelapukan. Dari Pos Babadan, guguran itu tidak terlihat, hanya berupa bunyi tertahan ‘dhug,dhug’ sebanyak dua kali.
Hujan abu diprediksi terjadi karena guguran yang menimbulkan debu jika terbawa angin. “Kami belum tahu dampaknya ke sungai yang terkena guguran, karena sedang tidak terjadi hujan,” kata dia. PRIBADI WICAKSONO