TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Keuangan masih menganggap wajar inflasi yang terjadi pada masa Ramadan dan Lebaran tahun ini. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Bambang Permadi Brodjonegoro, menyatakan inflasi pada Juli mencapai 0,7 persen.
"Inflasi Juli diperkirakan 0,5-0,7 persen. Masih wajar. Penyumbang terbesar dari sektor pangan," kata Bambang kepada Tempo, Ahad, 22 Juli 2012.
Sementara itu Kepala Pusat Kebijakan Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Luky Alfirman, menyatakan dalam kurun waktu lima inflasi saat Ramadan dan Lebaran masih cenderung stabil. "Angkanya di kisaran 0,6-0,7 persen," kata dia.
Menurut dia, karena Ramadan tahun ini dimulai pada pertengahan bulan, kemungkinan inflasi akan terjadi dua kali. "Juli dan Agustus akan tinggi. Tapi sekali lagi, angkanya saya kira masih wajar," ujar dia.
Luky menyatakan komoditas pangan, terutama ayam dan telur, merupakan penyumbang inflasi terbesar pada Ramadan tahun ini. "Saya tidak mengerti apakah ini ada persoalan di suplai atau bagaimana. Tahun kemarin cabai yang tinggi," katanya.
Untuk menekan laju inflasi, Luky memastikan pemerintah akan melakukan intervensi pasar. "Biasanya akan operasi pasar. Tapi yang melakukan itu Kementerian Perekonomian dan Kementerian Perdagangan," katanya.
Menurut Luky, operasi pasar dianggap langkah pemerintah yang efektif dalam menekan laju inflasi. Hal itu terbukti pada tahun lalu, di mana pemerintah, kata Luky, bisa meneken inflasi dari 6,96 persen pada awal tahun menjadi 3,97 persen pada akhir 2011.
ANGGA SUKMA WIJAYA