TEMPO.CO, Cirebon - Kenaikan harga kedelai membuat para perajin tempe dan tahu memutar otak.
Jika harus menaikkan harga secara drastis, mereka khawatir produknya tak laku di pasaran. Namun jika tidak menaikkan harga, bisa dipastikan mereka akan merugi.
Nah, supaya tidak dalam posisi terjepit, para perajin tersebut akhirnya menerapkan siasat. Setidaknya ada tiga cara yang dapat dilakukan supaya harga tempe dan tahu tak naik, tapi mereka juga tidak merugi.
Pertama, dengan memperkecil ukuran tempe dan tahu. Seorang perajin tempe di Cangkring, Kota Cirebon, Mawi, mengatakan terpaksa mengurangi ukuran tempe dari 5 sentimeter menjadi 4 sentimeter.
Kedua, kacang kedelai yang seharusnya dicuci 5 kali kini hanya dicuci sebanyak 2 kali. "Ini terpaksa kami lakukan untuk mengurangi biaya produksi," kata Mawi.
Ketiga, ampas kedelai yang biasanya dibuang pun kini tetap digunakan.
Ketua II Bidang Usaha Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Sutaryo mengatakan melonjaknya harga kedelai membuat produsen tahu tempe serba salah.
Di satu sisi harga kedelai naik, tapi di sisi lain produsen tidak bisa seenaknya menaikkan harga kepada konsumen. "Kami ingin menaikkan harga jual, tapi konsumen belum tentu mau mengerti keadaannya," ujarnya.
Padahal, kata dia, untuk dapat menutupi ongkos kenaikan harga kedelai ini, harga tahu dan tempe di pasaran diprediksi naik sampai 30 persen.
IVANSYAH | ROSALINA
Berita terpopuler lainnya:
Ini Jawaban Jokowi atas Kicauan @Triomacan2000
Dua Tokoh Ini Jadi Penentu Capres 2014
Ruhut Tuding Nasdem Alihkan Isu
Oknum Kotak-Kotak Masih Misterius
Masjid Ini Berdiri Kokoh Tanpa Semen dan Besi
Mark Hughes Memuji Penampilan Persebaya
Usai Pilkada, Faisal Masih ''Ngutang'' Rp 200 Juta