TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertanian membuka kembali impor Meat Bone Meal atau bahan baku pakan ternak dari Amerika Serikat. Hal itu dilakukan karena penyakit sapi gila (Bovine Spongiform Enchepalopathy) di negara tersebut sudah bisa dikendalikan. Tapi, impor produk ternak lain, seperti daging dan jeroan, dari AS masih dilarang.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Syukur Iwantoro, mengatakan pemerintah sudah menyampaikan kebijakan pembukaan impor tersebut kepada pengusaha dan pemerintah Amerika Serikat sejak 5 Juli lalu. "Sejak saat itu impor sudah bisa dilakukan," kata Syukur di Jakarta, Selasa, 24 Juli 2012..
Syukur mengatakan pembukaan impor harus memenuhi sejumlah syarat yang ketat. Indonesia mengajukan persyaratan ketat kepada Amerika, yakni bahan baku pakan ternak harus berasal dari industri yang terintegrasi dengan rumah potong hewan. Jika tidak, industri tersebut harus mendapat persetujuan dari pemerintah Indonesia. Produk yang diekspor ke Indonesia berasal dari anak sapi yang umurnya tidak lebih dari 30 bulan.
“Pemerintah Amerika belum memberikan jawaban. Tapi jawaban tidak resmi kami dapatkan dari swasta, bahwa mereka tidak masalah memenuhi itu,” ujarnya.
MBM merupakan bahan baku industri pakan ternak. Komposisi MBM dalam pakan ternak hanya 5 persen, atau hanya sebagai sumber protein. Selama ini impor MBM berasal dari Australia, Selandia Baru, Kanada, dan Amerika Serikat. Selain MBM, industri pakan ternak juga menggunakan Poultry Meat Meal (PMM).
Walaupun keran impor MBM sudah dibuka kembali, produk daging dengan tulang dan jeroan masih tertutup. Pemerintah masih melakukan analisa risiko yang memerlukan waktu agak lama.
Kementerian Pertanian khawatir harga bungkil kedelai sebagai bahan baku pakan ternak akan melonjak. Pasalnya pasokannya hanya dari Amerika. Sedangkan bahan baku pakan ternak dari jagung masih bisa didapat dari India, Cina, atau Argentina.
ROSALINA