Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Burung Gagak Secerdas Anak 7 Tahun

image-gnews
Ilustrasi fabel Aesop. cambridge-news.co.uk
Ilustrasi fabel Aesop. cambridge-news.co.uk
Iklan

TEMPO.CO , Cambridge - Batas kecerdasan burung kini dapat diukur. Sebuah penelitian terbaru menunjukkan kemampuan burung gagak hampir setara dengan anak-anak berusia tujuh tahun. Kesimpulan ini didasarkan pada percobaan fabel Aesop.

Percobaan ini mengharuskan burung gagak yang haus untuk menjatuhkan kerikil ke dalam kendi berisi air. Semakin banyak kerikil yang dijatuhkan akan menyebabkan air di dalam kendi naik sampai batas yang dapat dijangkau paruh gagak untuk diminum.

Dalam penelitian ini para ilmuwan membandingkan kemampuan anak beragam usia dengan burung gagak untuk melakukan percobaan fabel Aesop.

"Percobaan mengharuskan anak dan burung gagak memindah posisi air dalam tabung untuk mendapatkan hadiah atau imbalan makanan," kata Lucy Cheke, peneliti dari Cambridge University, Inggris, Kamis 26 Juli 2012.

Hasil percobaan menunjukkan kemampuan anak-anak usia 5-7 tahun tidak lebih baik dari burung gagak. Sama seperti gagak, anak-anak itu menyelesaikan fabel Aesop setelah lima kali mencoba. Berbeda dengan anak usia delapan tahun yang dapat merampungkan percobaan dalam sekali kesempatan.

Namun ada satu percobaan yang secara konsisten dapat dipecahkan anak-anak tapi tidak dapat dilakukan oleh gagak.

Sebuah tabung berbentuk U berisi air dikubur dalam tanah hingga menyisakan dua lubang yang tampak seperti dua tabung terpisah. Salah satu lubang berukuran terlalu sempit, sehingga sulit menjatuhkan benda melewatinya. Tabung ini juga berisi hadiah.

Saat dihadapkan dengan tabung ini anak-anak sama sekali tidak terganggu. Anak-anak dengan mudah dapat meningkatkan batas air pada tabung dengan cara menjatuhkan benda ke lubang yang ukurannya lebih besar. Namun gagak tidak bisa memecahkan teka-teki ini dan selalu gagal meraih hadiah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penelitian Cheke dan rekan-rekannya, yang diterbitkan dalam jurnal daring Public Library of Science ONE, menunjukkan bahwa anak-anak dan burung gagak memecahkan masalah dengan cara yang berbeda.

Burung gagak harus memahami cara kerja percobaan lewat upaya dan kesalahan yang dilakukan. Sementara pemahaman anak-anak lebih didorong oleh sebab dan akibat yang sederhana.

"Ini masuk akal karena anak-anak bertugas mempelajari penyebab baru efek yang muncul tanpa dibatasi ide-ide tentang apa yang sedang atau tidak mungkin terjadi," ujar Cheke, yang memimpin penelitian, seperti dikutip Telegraph.

Ia mengatakan anak-anak dapat mempelajari apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan imbalan, meski cara untuk mencapainya dinilai tidak memungkinkan. Anak-anak lebih berfokus pada suatu hal yang dapat terjadi.

Sedangkan burung gagak, kata Cheke, lebih sulit mengetahui apa yang sedang terjadi karena mereka menunda fakta bahwa hal itu tidak seharusnya terjadi.

"Paradigma fabel Aesop menyediakan cara yang sangat berguna yang digunakan untuk membandingkan sebab-akibat. Metode ini mempermudah pemahaman tentang mekanisme yang mendasari suatu peristiwa," ujar Cheke.

TELEGRAPH | MAHARDIKA SATRIA HADI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

29 hari lalu

Secara spesifikasi, Kia Ray dibekali baterai lithium-iron-phosphate (LFP) 35,2 kilowatt-jam. (Foto: Kia)
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.


Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (ugm.ac.id)
Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.


Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Menara Hoover menjulang di Stanford University di Stanford, California, AS pada 13 Januari 2017. REUTERS/Noah Berger
Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.


2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

Peneliti di Gedung Genomik BRIN di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Jawa Barat, Selasa, 27 Juni 2023. (Tempo/Maria Fransisca)
2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.


Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.


Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Gambar dari Batagur trivittata, Burmese Roofed Turtle yang masuk daftar Critically Endangered menurut IUCN Red List. (Rick Hudson, source: https://www.iucnredlist.org/species/10952/152044061)
Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.


Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Tim Mahabidzul dari ITB merancang pendeteksian jenis malaria pada pasien secara cepat dan akurat. Dok.ITB
Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.


Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Gunung Krakatau. itb.ac.id
Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.


Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Anna Armeini Rangkuti, mahasiswa program doktoral di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI). ui.ac.id
Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.


Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.