TEMPO.CO , Pretoria - Kelompok sayap kanan di Afrika Selatan, Afrikaner, pernah berencana membunuh Nelson Mandela, yang kala itu menjadi presiden. Mereka juga berniat menjatuhkan pemerintahan dengan kudeta. Hal itu terungkap dalam persidangan kasus tersebut di Pengadilan Tinggi Pretoria, Kamis, 26 Juli 2012.
Mike du Toit, anggota Boeremag (pasukan Afrikaner), menyusun sebuah dokumen yang digunakan sebagai “cetak biru” revolusi untuk mengusir warga kulit hitam dari Afrika Selatan dan menyusun pemerintahan militer kulit putih.
Bekas dosen itu adalah satu dari 22 terdakwa yang diajukan ke meja hijau. Pengadilan telah berlangsung selama sembilan tahun dengan menghadirkan 200 orang saksi. Bila menggunakan hukum pemerintahan apartheid, du Toit akan menghadapi hukuman mati.
Para saksi mengungkapkan, dalam serangkaian pertemuan, du Toit membahas rencana memancing warga kulit hitam ke perbatasan utara menggunakan makanan sebagai umpan. Namun, setelah itu mereka akan ditembak ketika kudeta berhasil.
Seperti dilansir koran Afrika Selatan, Business Day, polisi menemukan Dokumen 12--yang dikenal sebagai “rencana perang” du Toit--di komputernya setelah polisi menggerebek rumahnya pada Oktober 2001. Dia juga membicarakan pembuatan “pemicu” kudeta dengan meledakkan dam besar, menembak jatuh pesawat Boeing untuk menciptakan “situasi World Trade Center”, membunuh Mandela atau memotong jaringan listrik di kota-kota besar.
“Presiden Nelson Mandela akan dibunuh karena dia masih tampak sebagai tokoh perdamaian,” demikian antara lain isi dokumen itu.
Para saksi juga menceritakan bagaimana du Toit merekrut anggota dari militer, polisi, dan perusahaan listrik Eskom untuk memuluskan rencananya. Tentara pribadi itu, dengan cadangan senjata, bahan bakar diesel, dan satu ton bahan peledak, diinstruksikan merebut pangkalan militer dan stasiun radio utama untuk mengumumkan pengambilalihan pemerintahan.
Namun perekrutan anggota militer itu tak berjalan mulus. Mereka terus diawasi oleh intelijen pemerintah. Saksi dari pemerintah, Kolonel Koos Holtzhausen, berhasil menyusup ke organisasi itu. Ia mengatakan di pengadilan bagaimana du Toit meyakinkan dia bahwa organisasinya mendapat dukungan massal dan rencananya seratus persen akan berhasil.
Saksi lainnya, Willem Grobler, mengatakan para pembangkang itu mengklaim dapat memanggil hingga 450 orang dari pedesaan untuk datang ke Pretoria untuk menembaki warga kulit hitam guna menciptakan kekacauan.
Pada Oktober 2002, du Toit dan sejumlah anggota komplotan Boeremag diduga terlibat dalam sembilan pengeboman di masjid, stasiun kereta api, dan stasiun pengisian bahan bakar di Soweto, yang menewaskan seorang perempuan dan melukai suaminya.
Hakim Eben Jordaan mengatakan dia yakin para saksi dari pemerintah mengatakan yang sebenarnya. “Tidak ada kesimpulan selain terdakwa nomor satu (du Toit) adalah pemain utama yang berencana menjatuhkan pemerintah,” ujarnya.
Mereka didakwa telah berkhianat, membunuh, berusaha membunuh, sabotase, melakukan aksi terorisme, dan memiliki senjata secara ilegal. Enam orang sudah dinyatakan tak bersalah. Selebihnya masih menjalani persidangan.
TELEGRAPH | SAPTO YUNUS