Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Berdoa Wajib, Berobat Harus

image-gnews
AP/Rajesh Kumar Singh
AP/Rajesh Kumar Singh
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta--Merangkai harapan lewat doa, misalnya saat umrah dan haji ke Tanah Suci serta saat Ramadan sekarang, memang membuat hati seseorang nyaman. Namun, bagi penderita gangguan bipolar, doa saja tak cukup. Ia harus tetap rutin minum obat sehingga gangguan jiwa akibat masalah di otaknya tak kambuh. Dalam sejumlah kasus, saat doa dengan khusyuk dipanjatkan dan obat dilupakan, kekambuhan yang terjadi.

Kenyataan pahit itulah yang pernah dialami pasien dokter Nurmiati Amir, psikiater dari Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sebut saja namanya Ningrum. Sebelum berangkat umrah, kakak si pasien yang berprofesi sebagai dokter meminta Ningrum tidak minum obat. Alasannya, di Mekah, mereka bisa memanjatkan doa apa pun, termasuk untuk penyembuhan bipolar. Sebagai adik yang baik, Ningrum menuruti kemauan sang kakak.

Lalu, apa yang terjadi? "Di Mekah, gangguan bipolar Ningrum kambuh," kata Nurmiati. Ia berbicara dalam seminar media bertajuk "Tata laksana yang Tepat Meningkatkan Harapan Hidup dan Menurunkan Risiko Komorbiditas pada Gangguan Bipolar". Karena yang muncul adalah periode mania, Ningrum belanja gila-gilaan. Tabungannya terkuras habis. Di pesawat saat pulang ke Tanah Air, Ningrum mulai mendekati lawan jenis sesama anggota jemaah umrah. Nah, agar kondisinya tak makin parah, pengobatan pun dilakukan. Kali ini, untuk pengobatan Ningrum dibutuhkan waktu lebih lama daripada biasanya.

Kondisi serupa juga kerap ditemukan Margarita M. Maramis, psikiater dari Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo, Surabaya. Kasusnya ditemui pada mereka yang menunaikan ibadah haji. "Doa dipercaya bisa memperbaiki zat kimia di otak," kata Margarita dalam seminar yang sama, "Tapi penderita gangguan bipolar tetap butuh obat untuk menstabilkan zat kimia di otaknya."

Gangguan bipolar adalah gangguan otak yang ditandai dengan perubahan mood alias suasana hati, pikiran, energi, dan perilaku. Penyebabnya multifaktor, seperti faktor genetik atau biologi otak, yang ditandai dengan ketidakseimbangan zat kimia di otak. Di luar saat fase normal, pasien gangguan bipolar berisiko mengalami kekambuhan, baik berupa mania (aktivitas psikomotor yang meninggi), depresi (kesedihan, penarikan diri dari lingkungan yang abnormal), hipomania (mania yang ringan), maupun campuran.

"Sebanyak 50 persen pasien gangguan bipolar mengalami episode berulang dalam waktu dua tahun, meskipun mendapat perawatan di klinik khusus gangguan mood," kata Margarita. Bila perawatan tak dilakukan, ada kemungkinan kambuhnya lebih besar. Mengutip data National Alliance on Mental Illness (2011), ia menyebutkan bahwa penderita gangguan bipolar yang tidak berobat 35-45 persen.

Prevalensi gangguan bipolar saat ini diperkirakan 1–8 persen dari populasi. Repotnya, gangguan ini sering kali tidak terdiagnosis dan mendapat terapi yang tidak tepat. Diagnosis yang tidak akurat, menurut Margarita, dapat meningkatkan angka bunuh diri. Risiko kenaikan bunuh diri mencapai 79 persen pada episode depresi, 11 persen pada episode campuran, dan 11 persen pada mania dengan gambaran psikotik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penatalaksanaan gangguan bipolar dilakukan dengan pengobatan, seperti pemberian obat-obatan untuk menstabilkan mood dan antipsikotika atipikal. Agar lebih optimal, kepada si pasien juga dilakukan intervensi non-pengobatan berupa konsultasi ke psikiater, edukasi kepada yang bersangkutan dan keluarga, plus panduan untuk melakukan aktivitas fisik yang tepat. Penanganan yang komprehensif, kata Margarita, "Menghasilkan 70-90 persen perbaikan gejala (remisi) dan peningkatan kualitas hidup pasien bipolar."

Untuk menopang kepatuhan pengobatan agar bipolar tak sering kambuh, peran keluarga sangat penting. Keluarga diharapkan dapat memberi dorongan dan dukungan kepada penyandang gangguan bipolar agar tetap optimistis menjalani hidup. "Mereka jangan dijauhi, tapi harus dirangkul, diberi kenyamanan dan kehangatan oleh orang-orang di sekitarnya," ujar Nurmiati.

Nyonya Nita, pengidap gangguan bipolar yang hadir dan memberikan testimoni membenarkan pentingnya dukungan keluarga. Ia juga mengingatkan perlunya pengobatan rutin, selain rajin berdoa. Agar tak sering kambuh, kata perempuan 48 tahun ini,"Ikuti saja kata dokter."

DWI WIYANA

Berita Populer:
Disudutkan @cinta8168 di Twitter, Ini Jawaban Ahok
Analis Politik: Isu SARA Jadi Bumerang Foke-Nara

Berapa Harga Emas Olimpiade?

Andi Arief Minta Misbakhun Berkata Jujur

ICW Akan Adukan Hakim Pembebas Misbakhun

Foke Ubah Gaya Kampanye

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

1 hari lalu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi (tengah) didampingi oleh Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Mendagri Tito Karnavian, MenPAN-RB Azwar Anas, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta sekaligus Kasetpres Heru Budi Hartono saat meresmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan sebagai Penyelenggara Utama atau Hospital Based (PPDS RSPPU) di RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta, Senin, 6 Mei 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.


Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

3 hari lalu

Petugas kesehatan melakukan imunisasi pada balita saat pelayanan imunisasi Rotavirus (RV) di Posyandu Nirwana, Kecamatan Karang Tengah, kota Tangerang, Banten, Selasa, 15 Agustus 2023. Imuniasi yang diberikan pada bayi umur 2-4 bulan tersebut bertujuan untuk mencegah diare berat serta mengatisipasi terjadinya stunting. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.


6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

3 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?


Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

11 hari lalu

Jajaran direksi PT Konimex dan PT Indordesa, serta dari Laboratoires Grand Fontaine menggelar konferensi pers peluncuran produk baru FontLife One di Hotel Alila Solo, Jawa Tengah, Jumat, 26 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.


Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

12 hari lalu

Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain River Warrior Indonesia (Riverin) Bergabung dalam Pawai untuk mengakhiri Era Plastik, Ottawa, Kanada 21 April 2024. Foto dok: ECOTON
Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.


Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

12 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan peninjauan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, pada Senin, 22 April 2024. Dalam kunjungannya, Presiden Jokowi meninjau langsung fasilitas dan alat-alat kesehatan yang ada di RSUD tersebut. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.


5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

13 hari lalu

Ilustrasi wanita alami kepala pusing saat bangun tidur. Foto: Freepik.com/Jcomp
5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.


Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

13 hari lalu

Konferensi pers kandungan racun dalam pelet plastik daur ulang yang dilakukan Ecoton di Gresik, Jawa Timur, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Nur Hadi
Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang


Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

13 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sulawesi Barat pada Selasa, 23 April 2024. Mengawali kegiatannya, Presiden Jokowi meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang sempat hancur saat terjadi gempa pada tahun 2021 lalu. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?


Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

17 hari lalu

Petugas Bea dan Cukai tengah melakukan pengecekan pita cukai rokok di Kantor Bea dan Cukai, Jakarta, Selasa 19 Desember 2023. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyiapkan 17 juta pita cukai baru untuk memenuhi kebutuhan pada awal tahun 2024. Hal ini juga sejalan dengan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan. Tempo/Tony Hartawan
Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.