TEMPO.CO, Amsterdam - Produsen minuman beralkohol asal Belanda, Heineken NV, akan menjadi pemegang saham pengendali produsen bir terbesar Asia, Asia Pacific Breweries Ltd (APB). Dengan menguasai 82 persen saham Asia Breweries, Heineken ingin meningkatkan pertumbuhan bisnisnya dari pasar Asia.
Hasil analisis perusahaan jasa keuangan dan investasi Asia Pasifik, CLSA, menyebutkan bahwa Asia Breweries merupakan aset kunci bagi Heineken. Selama 10 tahun terakhir, perusahaan ini membukukan kenaikan pendapatan hampir 19 persen. Euromonitor mencatat, Asia Breweries mendominiasi pasar bir di Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Perusahaan itu juga sedang membidik Vietnam, sebagai pasar bir terbesar ketiga di Asia setelah Cina dan Jepang.
Baca Juga:
Di Indonesia, Asia Breweries merupakan pemilik 75,1 persen saham PT Multi Bintang Indonesia Tbk, produsen bir merek Bintang. Karena itu Heineken berkeras menguasai saham Asia Breweries. Asia merupakan pasar penting bagi Heineken. Di mana pada kuartal I 2012 pasar Asia tumbuh 8 persen. Angka itu signifikan di tengah menurunnya pasar bir tradisional di Eropa.
Heineken berniat menambah kepemilikan 40 persen senilai US$ 5,1 miliar dari saham Asia Breweries yang dimiliki Fraser and Neave, sehingga kepemilikan sahamnya menjadi 82 persen. Sebelumnya Heineken telah menguasai 42 persen saham Asia Breweries.
Direktur Utama Fraser and Neave, Lee Hsien Yang, mengatakan harga pembelian saham dari Heineken merupakan tawaran dengan harga premium. “Dengan menjual saham Asia Breweries kami mengetahui betapa bernilainya bisnis bir,” ujarnya.
Akuisisi ini akan semakin mengukuhkan upaya Heineken melakukan ekspansi di pasar Asia Tenggara dan mendorong pertumbuhan pangsa pasar bir global. Apalagi pasar bir di Asia selama beberapa dekade dikuasai oleh merek lokal. Selain Cina pasar bir di Asia Tenggara cukup menarik bagi Heineken.
Berdasarkan keterangan resmi manajemen Heineken pada Jumat pekan lalu, perseroan mengatakan transaksi jual beli saham telah mendapat persetujuan dari jajaran direksi Fraser and Neave, dan akan disampaikan dalam rapat pemegang saham perusahaan itu. Perjanjian itu dituangkan dalam definitive agreement antara kedua belah pihak dengan harga penawaran US$ 5 per saham.
REUTERS | WALL STREET JOURNAL I ABDUL MALIK