TEMPO.CO, Purbalingga - Pegiat film indie Banyumas Raya akan menggelar festival Bioskop Remaja dengan tajuk "Jalan Remaja 1208 Made In Indonesia" di lima titik di Purbalingga. Kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu rangkaian untuk memperingati Hari Remaja Internasional yang diperingati setiap tanggal 12 Agustus 2012.
“Sudah saatnya remaja melakukan perlawanan hegemoni budaya dengan menonton film pendek hasil karya sineas lokal,” kata Koordinator Komunitas Pecinta Film Purbalingga, Bowo Leksono, Jumat, 10 Agustus 2012.
Bowo mengatakan kegiatan yang merupakan refleksi Hari Remaja Internasional 12 Agustus 2012 ini berupa pemutaran film dan diskusi serentak di 66 titik pemutaran di 22 provinsi Indonesia pada tanggal tersebut. Di Banyumas Raya, lima titik pemutaran film yakni di Taman Belajar Multimedia (TBM) Sangkanparan, Perum Sidanegara Indah Blok 18 Nomor 669, Cilacap, pada pukul 10.00; Balai Desa Keramat, Kembaran, Banyumas pukul 15.30, yang diselenggarakan Giant Community Desa Kramat.
Sedangkan di Purbalingga yaitu di Balai Desa Gandasuli, Bobotsari, pukul 15.30 yang diselenggarakan Forum Komunikasi Pemuda Pemudi Gandasuli (FORKAPPI) Desa Gandasuli; Balai Desa Sumampir, Rembang pukul 15.30, yang diselenggarakan Pak Dirman Film SMAN 1 Rembang; dan di lapangan Basket SMAN 1 Kutasari jam 01.00, dengan penyelenggara Papringan Pictures SMAN 1 Kutasari.
Program yang diprakarsai Yayasan Kampung Halaman Yogyakarta ini merupakan program tahunan dengan beragam rangkaian acara. Tahun ini, Jalan Remaja bertema Made in Indonesia sebagai persoalan identitas, diri atau kelompok, dan kebangsaan yang disepakati menjadi kegelisahan bersama para remaja.
Bowo mengatakan, saat ini ruang ekpresi remaja semakin sempit. Mereka lebih suka hidup dengan gaya hedonis, dan semakin lalai dengan lingkungan sekitar.
Dalam kegiatan ini, kata Bowo, remaja akan diajak melihat film pendek yang menceritakan kehidupan sehari-hari. Setelah itu, mereka akan membahas dan mendiskusikan tentang film dan realitas sosial lainnya. “Kami punya banyak stok film yang sengaja mengangkat cerita kehidupan sehari-hari. Kami ingin remaja mematikan televisi dan melupakan sinetron,” kata Bowo menegaskan.
Pengurus Perpustakaan Film dan Buku Jaringan Kerja Film Banyumas Dwi Astuti mengatakan, pemutaran film untuk remaja ini satu cara untuk menekan angka kenakalan remaja. “Meminimalkan kenakalan remaja tidak akan mempan dengan imbauan dan anjuran. Remaja harus diberi ruang dan diajak kreatif, itu kuncinya,” katanya.
ARIS ANDRIANTO
Beri seni hiburan lainnya:
Penari Indonesia Bawa Kisah Gempa ke Australia
Hikayat Serimpi Lewat Ilustrasi Buku
Perupa Iran Pamerkan Benda Kosmologi Yogyakarta
Dari Maestro hingga Seni Kinetik
Tunggangan Bergaya 007
Jon Lord, Pendiri Deep Purple Wafat