TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan pemerintah akan menyiapkan langkah antisipasi untuk memperkecil nilai defisit neraca pembayaran.
Upaya itu di antaranya dengan cara memperluas insentif bagi industri-industri yang banyak mengimpor bahan baku dari luar negeri.
"Langkah itu supaya bisa mengurangi ketergantungan barang baku, modal, dan penolong dari luar negeri," ujar Bambang, Senin 13 Agustus 2012.
Seperti diketahui, Bank Indonesia mengumumkan neraca pembayaran kuartal I 2012 defisit sebesar US$ 1,03 miliar, padahal pada periode yang sama tahun lalu neraca pembayaran surplus US$ 7,67 miliar.
Sejumlah ekonom memperkirakan defisit tersebut masih akan berlanjut di kuartal II, sebab terjadi pembengkakan di neraca berjalan akibat ekspor yang melemah dan derasnya arus modal keluar.
Menurut Bambang dalam waktu dekat memang tak ada upaya yang bisa dilakukan pemerintah. Sebab defisit neraca pembayaran juga merupakan akibat dari krisis global yang tak bisa dihindari.
Sementara, pemberian insentif diajukan sebagai antisipasi jangka menengah. Insentif yang diberikan tak jauh berbeda dengan insentif yang ada saat ini seperti pemberian insentif pembebasan pajak penghasilan dalam periode tertentu (tax holiday) dan pengurangan pajak dalam periode tertentu (tax allowance).
“Hanya diperluas saja, tinggal dikombinasi," kata dia. Bambang juga memperkirakan neraca pembayaran masih akan defisit untuk kuartal II. Tetapi, angka defisit tersebut masih berada di batas aman karena dari sisi neraca modal masih cukup kuat.
GUSTIDHA BUDIARTIE