TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Nur Pamudji, mengatakan dari perkiraan kebutuhan investasi sebesar Rp 60 triliun, hanya 10 persen yang berasal dari kas internal perusahaan. “Sekitar Rp 9 triliun merupakan penyertaan modal pemerintah dan sisanya berasal dari utang,” ucapnya.
Ia mengatakan dana investasi akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur kelistrikan dan meningkatkan rasio elektrifikasi. Pamudji mengakui harus menjaga besaran utang agar tidak melampaui koridor yang dipersyaratkan oleh para lender (pemberi pinjaman). ”Sebab itulah, anggaran investasi PLN tidak pernah jauh dari angka Rp 60 triliun tiap tahun.”
Untuk itu, menurut dia, kenaikan tarif dasar listrik yang sedang dibahas pemerintah, meskipun akan mengurangi subsidi, bisa memberi kemampuan pendanaan internal. “Dengan begitu PLN bisa mendukung pertumbuhan ekonomi nasional di atas 6 persen melalui pembangunan infrastruktur listrik,” katanya.
Ia memperkirakan kebutuhan investasi tahun depan akan meningkat. Investasi akan difokuskan pada penyelesaian fast track program (FTP) Tahap I dan II. Program FTP 10.000 megawatt tahap I masih menyisakan 40 persen yang harus diselesaikan. Sisa FTP tahap I itu kira-kira 4.000 megawatt akan mulai dikerjakan pada 2013 dan ditargetkan selesai pada 2014.
“Sedangkan fase track program tahap II ada yang sudah dimulai tahun depan. Tapi masih bertahap karena dalam FTP tahap II itu ada PLTP, PLTA, dan IPP,” katanya.
ROSALINA