TEMPO.CO,Lumajang-Seorang kru atraksi kesenian reog, Slamet Edi Efendi, 41 tahun, terkapar bersimbah darah saat mengikuti pentas di Desa Seruni, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa dini hari tadi. Slamet menjadi korban penganiayaan Senar, 35 tahun, warga Desa Mlawang yang tengah mabuk minuman keras.
Senar melakukan penganiayaan dengan cara menyabetkan celurit ke tubuh korban gara-gara tidak diperbolehkan ikut berjoget di atas pentas ketika ada atraksi seni reog dalam rangka hajatan di rumah Misnur, 41 tahun, warga Desa Sruni. Menghadirkan atraksi seni seperti Reog atau Jaran Kencak dalam sebuah hajatan memang menjadi sebuah tradisi yang lazim dilakukan di kalangan warga desa di Kabupaten Lumajang.
Atraksi seni reog yang digelar pada Senin malam hingga dini hari itu tidak berjalan mulus. Senar, seorang penonton, yang dalam kondisi mabuk tiba-tiba naik ke pentas dan berjoget mengikuti irama alat musik yang dimainkan. Pemimpin atraksi didampingi Slamet kemudian melarang dan meminta Senar untuk turun dari pentas. Senar tidak terima dengan larangan joget di atas pentas lantas menyabetkan celurit ke arah korban.
Slamet langsung terkapar bermandikan darah setelah sabetan celurit Senar mengenai lengannya. Kejadian ini membuat pertunjukan seni reog geger. Warga setempat langsung memberikan pertolongan kepada korbaan dengan membawanya ke puskesmas setempat yang kemudian dirujuk ke RS dr Haryoto Lumajang. "Pelaku langsung melarikan diri setelah membacok korban," kata Markasan, salah satu saksi kepada penyidik Polres Lumajang saat memberikan keterangannya.
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Lumajang, Ajun Komisaris Kusmindar, mengatakan masih menyelidiki kasus tersebut. Polisi juga masih melakukan pengejaran terhadap pelaku yang kabur. "Kami masih melacak keberadaannya," kata Kusmindar.
DAVID PRIYASIDHARTA