TEMPO.CO, Malang-Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krishnamurti memprediksi harga kedelai bakal naik lagi. Penyebabnya, kata dia, pasokan kedelai dari Amerika Latin tersendat karena gagal panen. Dua negara penghasil utama kedelai, Argentina dan Brazil, gagal panen akibat anomali cuaca yang melanda wilayah mereka.
"Ini masalah global, tak hanya di Indonesia," kata Bayu seusai menjadi dosen penguji mahasiswa pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Rabu 29 Agustus 2012. Kegagalan panen ini membuat harga kedelai impor bakal terus terkerek naik. Harga kedelai impor kini mencapai Rp 8.200 per kilogram, dari sebelumnya Rp 6.900.
Untuk mengendalikan harga, Kementerian Perdagangan tengah merumuskan sistem pengucuran subsidi bagi pelaku Usaha Kecil Menengah dan Industri Kecil Menengah yang menggunakan bahan dasar kedelai. Namun, ia tak bisa menyebutkan secara detail mekanisme penyaluran subsidi tersebut. "Segera dibagikan subsudi bagi UKM dan IKM," ujar Bayu.
Sebelumnya, sebanyak 60 pengrajin tempe di jalan Sanan Kelurahan Purwantoro Kota Malang terancam gulung tikar akibat naiknya harga bahan baku, kedelai. Pengrajin mengaku tak mampu menjangkau harga kedelai yang terus melonjak tak terkendali. "Modal kami pas-pasan," kata Ketua Primer Koperasi Tempe Bangkit Usaha, Chairul Anwar.
Omset penjualan kedelai di koperasi yang dipimpinnya pun turun hingga lima ton per hari. Dari rata-rata kebutuhan kedelai mencapai 15 ton. Chairul menilai kenaikan harga kedelai sudah di luar kewajaran. Pada 2010 lalu, harga kedelai tertinggi mencapai Rp 7.050 per kilogram. Jika dibiarkan, katanya, maka industri tempe bakal gulung tikar. Untuk itu, perajin menuntut pemerintah memberikan subsidi pembelian kedelai.
Pengrajin tempe, Prayitno, mengaku keuntungannya menurun tajam hingga 50 persen. Untuk menyiasati kenaikan harga kedelai, harga tempe naik sekitar naik semula Rp 10 ribu per batang naik menjadi Rp 12 ribu. "Kualitas dan ukuran tetap tak berubah," katanya. Setiap hari, ia rata-rata membutuhkan bahan baku kedelai sebanyak 100 kilogram.
EKO WIDIANTO