TEMPO.CO , Jakarta: Jumlah penderita stres di Jakarta Selatan meningkat 50 persen dari 2010 sampai 2012. Profil mereka beragam dari kaum akademisi hingga pendatang tidak berpendidikan yang mencoba mengadu nasib di Jakarta.
"Mereka adalah kaum urban, tidak memandang kelas. Ada kelas elite, menengah, atau bawah," kata Kepala Seksi dan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda, di Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Rabu, 29 Agustus 2012.
Dalam razia yang dilakukan Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, pernah dijaring seorang mahasiswa Strata 1 asal Sulawesi Utara yang stres karena tak kunjung mendapat pekerjaan. Di lain waktu ditemukan dosen serta karyawan swasta yang stres dengan pekerjaannya.
Tak jarang pula Suku Dinas Jakarta Selatan menjaring warga kelas bawah dan menengah yang gagal mendapatkan pekerjaan di Jakarta. "Penyebab utama memang ekonomi, kemudian masalah keluarga," kata Miftahul.
Pada 2010, jumlah penderita stres yang dijaring di Jakarta Selatan mencapai 67 orang. Pada 2011, jumlah tersebut itu naik 50 persen dibandingkan setahun sebelumnya yaitu mencapai 133 orang. Pada 2012, sampai Agustus, jumlah orang stres yang terjaring mencapai 89 orang. Jumlah ini akan terus bertambah sampai akhir tahun.
Setelah dijaring, penderita stres ini kemudian dirawat di empat Panti Bina Laras. Keempat Panti Bina Laras itu ada di Cengkareng, Daan Mogot, Cipayung, dan Ceger. Sayangnya, keempat Panti Bina Laras ini kelebihan kapasitas. Di Cengkareng, kapasitas Panti adalah 500 orang, sementara sekarang ini, panti tersebut dihuni 750 orang.
Di Daan Mogot, kapasitas mencapai 200 orang, tapi penghuni panti sampai 350 orang. Untuk di Ceger dan Cipayung, kapasitas panti masing-masing 350 orang sementara penghuni mencapai 600 orang.
ANANDA W. TERESIA
Berita lain:
La Nyalla Tantang AFC
Biaya Hidup Putin Rp 20 Triliun per Tahun
Carrefour Cabut dari Singapura Tahun ini
Gulingkan Presidennya, Wanita Togo Mogok Seks
Kenapa Ada Ritual Foto ''Maut'' Bergaun Pengantin