TEMPO.CO, Pekanbaru - Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamduji mengatakan sebelum melakukan ekspor listrik ke Malaysia, perseroan menargetkan bisa mencapai target rasio elektrifikasi di Riau sebesar 100 persen. "Kita baru berani ekspor listrik ke Malaysia kalau rasio elektrifikasi Riau sudah 100 Persen," ujar Nur saat ditemui di Stadiun Utama Riau, Pekanbaru, Senin, 3 September 2012.
Nur mengatakan percuma mengekspor listrik ke Malaysia apabila rasio elektrikasi Riau tidak 100 persen. Karena apabila dilakukan saat rasio belum mencapai 100 persen, berarti mengabaikan kebutuhan domestik.
Menurut dia, kebutuhan listrik domestik adalah fokus utama perseroan. Seperti diatur dalam peraturan menteri, ekspor listrik baru boleh dilakukan setelah kebutuhan lokal terpenuhi. "Ini memang ekspor listrik pertama yang dilakukan oleh Indonesia, tapi kebutuhan lokal tidak boleh dilupakan," ujar Nur sambil mengatakan bahwa ekspor listrik lebih menguntungkan dibanding ekspor batu bara.
Nur melanjutkan, saat ini rasio elektrifikasi Riau telah mencapai angka 56 persen naik dari tahun lalu 40 persen. Dengan lonjakan yang cukup tinggi dalam setahun, Nur optimistis target 100 persen sudah tercapai di 2017. "Kita pasang target minimal rasio naik per tahunnya 5-6 persen,"ujar Nur menegaskan.
Dia menjelaskan, untuk mendukung proyek ekspor listrik ini, PLN telah menyiapkan dua pembangkit listrik bertenaga batu bara berdaya 600 megawatt.
Seperti diketahui, PLN berencana ekspor listrik ke Malaysia mulai 2017. Malaysia mengalami kekurangan pasokan listrik hingga 5.000 megawatt, sehingga perlu mengimpor listrik dari Indonesia. Nur mengatakan pihak Malaysia sudah bertemu dengan PLN bulan Maret lalu.
Di sisi lain, PLN juga sedang menyiapkan infrastruktur untuk impor listrik dari Malaysia. Listrik yang diimpor tersebut untuk kebutuhan pelanggan PLN di Kalimantan. Dua proyek pembangunan jaringan listrik di Kalimantan tengah disiapkan dan dilakukan oleh West Kalimantan-Serawak Interconnection Project asal Malaysia
ISTMAN MP