TEMPO.CO, Surakarta - Rentetan teror yang terjadi di Solo dalam beberapa pekan terakhir berdampak negatif bagi pariwisata. Meskipun Solo diklaim tetap aman, nyatanya ada wisatawan yang mengkhawatirkan keamanan dirinya pribadi jika berkunjung ke Solo.
Manajer Mandira Tour, Ponco Akhiryanto, mengatakan setelah kejadian penembakan pos polisi di Singosaren dan penyergapan terduga teroris di Jalan Veteran, banyak pertanyaan dari wisatawan soal keamanan di Solo.
“Mereka bertanya apakah Solo aman dikunjungi,” kata Ponco, Senin, 3 September 2012. "Mereka butuh kepastian, apakah bisa bepergian dalam keadaan nyaman, aman, dan senang".
Efek kejadian itu pun langsung terasa. Ada satu grup terdiri dari 25 orang dari Jepang, Amerika Serikat, dan Singapura pilih mengundurkan waktu kedatangannya, setelah peristiwa teror di Solo. “Awalnya mereka mau datang akhir September atau awal Oktober. Tapi mundur jadi November atau Desember,” ujarnya.
Dari domestik juga begitu. Semula ada rombongan yang akan ke Solo pada 8-9 September, terdiri dari 150 orang dari Jakarta itu. " Mereka mau seminar dan diskusi. Jadwal tetap, tapi minta informasi terkini soal keamanan,” katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta, Widdi Srihanto, mengatakan seluruh kegiatan jalan terus. “Kegiatan yang sudah dijadwalkan tetap jalan. Misalnya pementasan Matah Ati,” katanya." Jika tetap digelar, ini menunjukkan Solo aman dikunjungi".
Di lain pihak, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Rustriningsih, meminta warganya meningkatkan kembali pengamanan warga atau sipil. Lunturnya kewaspadaan dini masyarakat menjadi pintu masuk terorisme. “Masyarakat saya imbau untuk tetap menjaga iklim kondusif agar Jawa Tengah tetap aman,” kata Rustriningsih usai pembukaan masa perkuliahan di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Senin kemarin.
UKKY PRIMARTANTYO | ARIS ANDRIANTO