TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Bambang Brodjonegoro mengakui bahwa pihaknya tengah mempertimbangkan penurunan bea masuk untuk barang-barang ramah lingkungan. Isu ini disinggung dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) tahun ini.
Ia menyatakan penurunan bea masuk adalah tarif baru yang akan diberlakukan apabila Indonesia tidak bisa memproduksi barang ramah lingkungan saat dibutuhkan. Pasalnya, kalau tarif diturunkan saat Indonesia masih bisa memproduksi barang tersebut, ia khawatir, barang ramah lingkungan produksi Indonesia tak laku.
"Jangan sampai juga pas kita itu butuh (barang ramah lingkungan), tapi malah (bea masuknya) kita kasih lima atau 10 persen. Kan kasihan industri yang membutuhkan bahan baku dan penolong yang ramah lingkungan," ujar Bambang, Kamis, 6 September 2012.
Permasalahan bea masuk ini merupakan hasil dari persaingan Amerika Serikat dan Cina. Amerika ingin bea masuk barang ramah lingkungan diturunkan di kisaran lima hingga nol persen. Akan tetapi, Cina yang tengah mengembangkan industrinya menilai keputusan tersebut berpotensi mengancam daya saing produknya.
"Amerika kan memang leading untuk barang-barang ramah lingkungan karena itu aturan dalam negerinya. Cina sendiri sedang dalam tahap pengembangan industri, jadi apa saja dia bikin meski belum tentu ramah lingkungan. Nah, di sini bentrok, ada persaingan di antara keduanya," ucapnya.
Saat ditanya lebih lanjut terkait sikap Indonesia atas permintaan APEC ini, Bambang enggan memberikan jawaban. Namun ia minta agar perdagangan di Indonesia tidak diganggu dengan isu ramah lingkungan itu. "Kita ngomong perdagangan atau lingkungan, salah satu saja. Kalau mau perdagangan, ya perdagangan, fair saja."
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Rusia kembali akan membahas penentuan tarif produk ramah lingkungan. Gita menuturkan, Amerika Serikat kembali mengajak Indonesia untuk menyuarakan penurunan tarif untuk produk dan jasa yang masuk kategori ramah lingkungan dalam pertemuan APEC di Rusia.
Ajakan itu sendiri disampaikan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton saat bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara dua hari lalu.
ISTMAN MP