TEMPO.CO, Pekanbaru - Ada hal menarik soal fasilitas yang disediakan Panitia Pelaksana PON Riau ke-18. Fasilitas untuk atlet dan kontingen masih terus dikeluhkan. Namun tak demikian dengan fasilitas untuk wartawan. Panitia mampu menyediakan fasilitas lengkap dan sudah siap pakai untuk para peliput PON yang akan dibuka 11 September 2012.
Urusan media tampaknya memang menjadi fokus perhatian panitia. Di Media Center PON Riau misalnya, panitia benar benar membuat kerja wartawan menjadi nyaman. Berpusat di Gedung Perpustakaan Soeman HS, Jalan Sudirman, Pekanbaru, beragam fasilitas disediakan. Di tempat ini antara lain ada 100 kenderaan roda dua siap antar jemput, plus 10 bus untuk rombongan wartawan. Juga ada ruangan luas berlantai dua berpendingin lengkap dengan wi-fi.
Fasilitas lain, di samping petugas yang terlihat selalu sigap, juga tersedia 250 unit komputer. Ada pula mesin fotokopi dan fax gratis. Jurnal hasil-hasil pertandingan juga sudah disiapkan dan terus menerus yang terkoneksi dengan 18 Media Center di seluruh arena pertandingan. Di area ini juga dilengkapi ruang rileks dengan tempat tidur, karaoke, dan televisi serta pijat elektris. Tidak ketinggalan, nasi kotak, snack, dan minuman panas maupun dingin. Semua siap untuk 24 jam.
"Fasilitas ini (Media Center) benar benar bagus dan lengkap. Sangat membantu kerja wartawan," ujar Riyan Anggoro, dari lembaga berita nasional. Hal sama diungkapkan Umar, wartawan terbitan Jakarta. "Fasilitas dan pelayananan terbilang bagus," ujarnya.
Ardi, wartawan televisi nasional, justru jadi curiga. "Jangan-jangan ini strategi panitia. Masih banyak persiapan dan fasilitas lainnya, di luar media, yang masih minim. Urusan media malah terkesan diutamakan," katanya.
Baca Juga:
Penanggungjawab Media Center PON Riau, Nurul Huda, mengatakan fasilitas yang lengkap itu dimaksudkan untuk menunjang informasi PON secara luas. "Malah, bidang humas juga mendorong peliputan maksimal, salah satunya dengan cara melakukan pelatihan, work shop, dan diskusi peliputan bidang olahraga," kata Nurul Huda, "Semua untuk membantu kelancaran sekitar 1.800 wartawan terdaftar liputan PON Riau ini."
Lengkapnya fasilitas pelayanan wartawan ini, berbanding terbalik dengan fasilitas dan pelayanan, terlebih akomodasi, bagi atlet dan kontingen. Sejumlah kontingen mengeluhkan minimnya fasilitas, soal akomodasi maupun transportasi.
"Kami terpaksa menyewa rumah penduduk. Juga mencari sewa transportasi sendiri," ujar Humas Kontingen Jawa Timur, Indro Sulistyo, kepada Tempo.
Centang-perenangnya fasilitas dan pelayanan bagi para atlet juga dialami Kontingen Jawa Barat. Menurut Ofisial Jawa Barat, Yeyen Rusyana, pondokan dengan fasilitas seadanya serta minimnya akomodasi lainnya, menjadi masalah bagi para atlet dan kontingen yang berjumlah sekitar 320 orang itu. Karenanya, kata Yeyen, pihaknya terpaksa mengambil inisiatif, sebagian atlet dipindahkan penginapannya, termasuk juga dalam hal menyewa kenderaan.
"Terkesan fasilitas pelayanan asal-asalan. Padahal, kami juga membayar biaya akomodasi dan pondokan, bagi masing masing angota kontingen," kata Yeyen. Hari, atlet asal daerah ini, membenarkan. "Dari soal air hingga udara kamar yang pengap menjadi masalah serius. Pelayanan masih payah," ujarnya.
Untuk fasilitas akomodasi yang tak memuaskan ini, kontingen juga harus membayar. Ketua Pelaksana Pengurus Besar (PB) PON Riau, Syamsurizal, mengatakan pembayaran itu sesuai keputusan KONI bahwa panitia dan peserta saling berbagi beban setengah-setengah. Karena biaya akomodasi ditetapkan Rp 350 ribu per hari, maka peserta dipungut biaya sebesar kisaran Rp 175 ribu.
"Pihak kontingen sudah menyetujui pembayaran lima puluh persen biaya. jadi tidak ada masalah dan ini bukan kebijakan yang diambil setelah kontingen hadir di Riau, " kata Syamsurizal. "Jika soal keluhan dan kekurangan sana-sini, baik soal akomodasi, konsumsi, dan lain lain, kita mengakui hal itu bisa saja terjadi. Kita terus berupaya memperbaikinya."
JUPERNALIS SAMOSIR