TEMPO.CO, Jakarta - Dunia pasar modal Jakarta mendadak heboh pada akhir Agustus 2012. Sebabnya, sebuah pesan pendek telepon seluler mengabarkan bila grup Bakrie terlilit utang. Awalnya, berita itu bagai sebuah gosip.
Nyatanya, sepekan kemudian, rumor itu seketika menjadi kenyataan. Bursa Efek Indonesia melakukan penghentian sementara alias suspensi perdagangan saham dan obligasi BTEL, kode untuk Bakrie Telecom.
Penyebabnya, perusahaan operator telepon seluler Esia yang berbasis CDMA itu gagal melunasi utang obligasi BTEL I 2007 yang jatuh tempo.
Tapi apa sebab Grup Bakrie berutang? Kata sumber Tempo, belitan utang terjadi akibat Bumi merugi serta buah dari praktek gadai saham yang ditengarai menjadi modus pencarian dana Grup Bakrie.
Bumi, yang paling “berdaging” dibandingkan dengan perusahaan lainnya, kini kosong kantongnya. “Likuiditas perusahaan Bakrie sudah akut,” kata si sumber dalam laporan majalah Tempo edisi 10 September 2012 berjudul Tsunami Utang Bakrie.
Likuiditas ini sendiri merupakan kunci Bakrie menghadapi utang yang jatuh tempo akibat gadai saham. Dan kata si sumber, semuanya adalah soal momen. Bila pada saat jatuh tempo Bakrie tak punya uang, semua perusahaan bakal kena imbasnya.
Karena itu Bakrie mencari dana dari pelbagai lembaga keuangan dengan cara gadai saham meski dibebani bunga tinggi. Cara ini ditempuh karena tak ada akses ke perbankan. “Gadai saham bisa bikin Grup Bakrie kehilangan Bumi,” katanya.
Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Bumi, Dileep Srivastava, menolak perusahaannya disebut berada di ambang kebangkrutan. "Bagaimana bisa bangkrut jika dalam setiap kuartal kinerjanya meningkat?" kata Dileep.
Utang Bakrie yang jatuh tempo itu memang tak segelintir. Sekitar Rp 650 miliar, sedangkan Bakrie Telecom hanya memiliki dana Rp 250 miliar. Tak cuma itu. Sepekan sebelum suspensi, Bumi Resources Tbk mengumumkan rugi US$ 322 juta pada semester pertama 2012. Kata Bumi, mereka merugi akibat transaksi derivatif US$ 145,83 juta karena kejatuhan harga saham dan kemerosotan nilai opsi prepayment pinjamannya ke China Investment Corp (CIC) sebesar US$ 1,3 miliar.
Kerugian kemudian membengkak setelah nilai tukar rupiah melemah. Bumi tekor US$ 50,28 juta. Kepercayaan terhadap kinerja Bumi bertambah anjlok lantaran kegagalan mencairkan investasinya di PT Recapital Asset Management sebesar US$ 231 juta. Rencananya, duit itu akan dipakai buat membayar utang tahap kedua sebesar US$ 600 juta ke CIC pada Oktober mendatang. Rentetan kejadian itu sontak direspons dengan rontoknya nilai saham Bumi hingga Rp 630 per lembar
Total utang sepuluh perusahaan yang jatuh tempo pada 2012 mencapai Rp 9,67 triliun. Mereka adalah PT Bakrie & Brothers Tbk, Bumi, Bakrieland Development, Energi Mega Persada, Bakrie Sumatera Plantations, Bakrie Telecom, Berau Coal, Visi Media, serta Darma Henwa. Bumi, contohnya, mesti membayar utang sekitar Rp 573 miliar. Tahun depan, perusahaan-perusahaan itu masih harus melunasi tagihan belasan triliun.
SATWIKA MOVEMENTI | JOBPIE SUGIHARTO | TOMY ARYANTO | CORNILA DESYANA