TEMPO.CO, Jakarta - Tim Gegana Markas Besar Kepolisian RI membawa satu tas yang berisi barang hasil penggeledahan rumah terduga teroris Muhammad Thorik di Jalan Terate, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, Jumat 14 September 2012. Tas tersebut langsung dibawa ke mobil saat penggeledahan rampung.
Penggeledahan yang dimulai sekitar pukul 17.30 WIB dan berakhir satu jam kemudian itu disaksikan oleh ketua RT setempat. Namun baik ketua RT maupun tim Gegana tak mau menyebutkan barang yang disita tersebut. "Banyak yang dibawa," kata salah satu anggota tim Gegana itu, Jumat 14 September 2012.
Setelah penggeledahan selesai, delapan anggota tim Gegana langsung meninggalkan rumah Thorik. Sedangakan beberapa polisi kembali memaku papan dan memasang garis polisi di depan pintu rumah tersebut.
Thorik diduga sebagai salah seorang teroris setelah warga menemukan bahan peledak di rumahnya yang dihuni bersama orang tuanya pada Rabu, 5 September 2012 lalu. Thorik sempat kabur setelah penemuan bahan-bahan berbahaya tersebut. Sedangkan ibunya, Iyot; dan istrinya, Sri Haryanti; dan anaknya Gabril dibawa oleh polisi. Namun Ahad 9 September 2012, Thorik menyerahkan diri ke Pos Polisi Jembatan Besi, Tambora. Dia saat ini ditahan di Mako Brimob.
Thorik diduga terlibat dalam jaringan teroris yang beranggotakan sembilan orang. Mereka adalah Thorik, Anwar alias Wahyu Ristanto, Yusuf Rizaldi, Anton, Jodi, Sofyan, Bram, Arif alias Syarif, dan Wan. Anwar meninggal pada Rabu 12 September 2012 akibat luka bakar yang dideritanya. Dia terkena ledakan yang terjadi di sebuah rumah, di Jalan Nusantara, Beji, Depok, Jawa Barat, Sabtu pekan lalu, 8 September 2012.
NUR ALFIYAH