TEMPO.CO, Surabaya-Jenazah Ahmad bin Romli alias No, satu dari lima tenaga kerja Indonesia yang menjadi korban penembakan polisi Malaysia dipulangkan ke tempat asalnya, di Desa Andungbiru, Kecamatan Tiris, Probolinggo, Jawa Timur, Jumat, 14 September 2012.
Jenazah pria 38 tahun itu diterbangkan dengan pesawat Garuda Indonesia dan tiba di terminal kargo Bandara Juanda Surabaya pukul 16.30 WIB. Setelah dokumen admistrasinya dicocokkan, jenazah langsung dibawa mobil ambulan ke Probolinggo. Sekitar 10 orang kerabat dan tetangga turut menjemput kedatangan peti jenazah Ahmad, termasuk isteri almarhum, Sri Wahyuni serta adik korban, Rasidi.
Berdasarkan dokumen hasil otopsi yang dikeluarkan Rumah Sakit HML Embalming Hospital, Perak, Malaysia, yang diterima Wahyuni, Ahmad tewas karena ditembak bagian kepala dan dada. Menurut Wahyuni, saat jenazah suaminya masih di rumah sakit ia diberi kesempatan melihat kondisinya. Saat itu, kata dia, kepala Ahmad baru selesai dibedah serta terdapat jahitan di sekujur tubuhnya. "Saya curiga organnya diambil. Tapi ketika saya tanyakan ke polisi dan dokter, tidak ada yang mau menjawab," kata Wahyuni.
Wahyuni dan suaminya memang tinggal bersama di Ipoh, Perak. Wahyuni lebih dulu merantau pada 2006 melalui biro penyalur tenaga kerja. Ia mendapat pekerjaan di perkebunan. Dua tahun lalu Ahmad menyusul isterinya dan bekerja serabutan. Meski serumah, kata Wahyuni, tapi mereka jarang berkumpul karena Ahmad sering pergi hingga berhari-hari. "Suami saya ikut menggarap proyek temannya, terkadang pergi sampai satu minggu lamanya," kata dia.
Wahyuni mendapat pemberitahuan perihal tewasnya Ahmad dari polisi sekitar seminggu yang lalu. Menurut polisi, Ahmad ditembak mati di area perkebunan karena membawa mobil dan berperilaku mencurigakan. Tapi, kata Wahyuni, ketika itu tidak ada mobil di tempat penembakan.
Walaupun suaminya memiliki tato di lengan kanan dan dada kanan, namun Wahyuni tidak yakin suaminya melakukan perbuatan kriminal seperti dituduhkan polisi Malaysia. Wahyuni mengaku tidak kenal dengan korban lain yang menurut polisi merupakan komplotan suaminya. "Kalau misalnya suami saya pencuri, hidup kami pasti sudah enak. Tapi di Malaysia kami hidup pas-pasa dan mengontrak rumah petak," kata Wahyuni.
Kendati ia menilai tewasnya suaminya masih berselimut kejanggalan, namun Wahyuni tak hendak memperkarakan siapa-siapa. Ia telah ikhlas dan berharap masalah ini segera selesai. "Sebab saya harus segera balik lagi ke Malaysia karena masih terikat kontrak kerja dengan toke selama lima tahun," ujar dia.
Rasidi menambahkan, sebelum pergi ke Malaysia Ahmad bekerja sebagai buruh tani dan peladang. Selama di Probolinggo, kata dia, kakaknya tidak pernah melakukan perbuatan kriminal. Ketika Ahmad memutuskan untuk menyusul isterinya, anak-anaknya yang berjumlah empat orang dititipkan pada Rasidi. "Ahmad dan isterinya pulang ke Probolinggo dua kali setahun," kata Rasidi.
KUKUH S WIBOWO
Berita Terpopuler:
Aktris Film Anti-Islam Innocence of Muslims Trauma
Pidatonya Disorakin, Ahok Cuek
Motif di Balik Film Anti-Islam Innocence of Muslim
Ratna Listy: Suami Selingkuh? Silahkan
Innocence of Muslims Didanai 100 Donatur Yahudi?