TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti menjelaskan defisit neraca perdagangan saat ini tak hanya dipicu oleh impor minyak yang kian tinggi. Menurutnya, impor minyak Indonesia sejak dulu memang besar. Hanya saja, biasanya nilai impor itu tertutup oleh pendapatan dari ekspor gas yang besar.
“Sekarang, gas sudah tak bisa menutupi defisit dari minyak. Dua-duanya defisit,” kata Destry, Kamis 13 September 2012. Selain ini, banyaknya impor komoditas non-migas juga menjadi pendorong defisit. Rata-rata Indonesia kini banyak membeli barang baku dan barang modal yang dibutuhkan untuk industri domestik seperti logam dan suku cadang untuk otomotif.
Ekonom Mandiri Sekuritas, Aldian Talo Putra, menambahkan minyak dan gas sebenarnya memang termasak bahan baku dalam industri. Sehingga akan sulit bagi pemerintah menekan defisit di sektor minyak dan gas tanpa adanya kebijakan yang tegas di sektor energi.
"Kalau mau menekan defisit, salah satu caranya dengan menaikkan harga BBM," ujarnya. Dengan menaikkan harga bahan bakar minyak maka defisit akibat transaksi minyak bisa dikurangi.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca perdagangan pada Juli 2012 masih tercatat defisit sebesar US$176,6 juta.Tetapi, secara kumulatif sejak Januari hingga Juli 2012 masih tercatat surplus US$ 335,5 juta. Defisit Juli ini jauh menurun dibanding Juni yang mencapai sebesar US$1,32 miliar.
GUSTIDHA BUDIARTIE
Berita Terpopuler:
Apa Beda iPhone 5 dengan Samsung Galaxy S III
Baasyir Kirimi SBY Buku ''Demokrasi Bisikan Setan''
Bos Koperasi Langit Biru Tewas di Tahanan
Aktris Film Anti-Islam Innocence of Muslims Trauma
iPhone 5 Telah Tiba