TEMPO.CO, Jakarta - Pemelihara dua masjid suci King Abdullah, Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, telah memerintahkan Telecom untuk memblok situs yang menampilkan film "murahan" yang melecehkan Nabi Muhammad dan Islam. "Sesuai kewenangan raja, semua provider layanan Internet di wilayah kerajaan telah diminta memblokir film bagi users di Saudi Arabia," kata Komisi Telekomunikasi dan Teknologi Informasi (TITC) Saudi Arabia.
"Kami telah memberi tahu Google supaya memblok semua link YouTube yang berisi film itu. Jika perusahaan itu tak mau melakukannya, kami akan memblok seluruh layanan YouTube." Warga Saudi Arabia disarankan untuk menginformasi ke TITC jika menemukan situs Internet yang masih memampang film itu.
Pada Jumat pekan lalu, Google menyatakan tidak akan menghapus video Innocence of Muslims di YouTube menyusul aksi protes penuh kekerasan di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Adapun organisasi kerja sama negara-negara muslim, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), diminta menyerukan 57 negara anggotanya agar satu kata menolak film yang melecehkan Nabi Muhammad itu. Professor Ekmeleddin Ihsanoglu mengatakan pertemuan menteri luar negeri OKI di New York akan membahas tindakan terhadap insiden provokatif seperti film murahan Innocence of Muslims itu.
Ihsanoglu telah menghubungi Sekretaris Negara Amerika Serikat Hillary Clinton, Sekretaris Jenderal Liga Arab Nabil El-Arabi, dan Catherine Ashton dari Uni Eropa untuk memberi tekanan internasional supaya provokasi serupa tak terulang.
OIC selama bertahun-tahun berupaya memperjuangkan larangan penggunaan isu-isu agama semacam itu dalam Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun, upaya itu ditolak Amerika Serikat, Eropa, dan negara Amerika Latin dengan alasan akan melukai kebebasan berpendapat dan deklarasi HAM universal.
Organisasi Liga Muslim Dunia yang berbasis di Mekah pun mengecam keras film anti-Islam itu dan menyerukan seluruh muslim dunia menolak provokasi semacam itu. Sekretaris Jenderal organisasi ini Abdullah bin Abdulmohsen Al-Turki mengatakan film semacam itu tak seharusnya dibuat dengan dalih kebebasan berekspresi sebab kenyataannya film tersebut menghancurkan kedamaian dan harmoni dunia.
Dia meminta organisasi dunia harus mengambil langah hukum untuk mencegah penayangan film bernada ofensif itu.
ARABNEWS | WANTO
Berita Terpopuler
Kalla: Jadi Gubernur Jakarta Tak Susah-Susah Amat
Beri Masukan Jokowi, ProJakarta Undang Jusuf Kalla
"Haiya Ahok" Bikin Nachrowi Populer di Internet
Jokowi: Ada Kejutan di Pilkada Putaran Kedua
Kunjungi Non Muslim, Foke Redam Efek ˜Haiya Ahok''
Bantah Selebaran, MUI Akui Kesepakatan untuk Foke