Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menikmati Kehidupan Pedalaman Mentawai

image-gnews
Macaroni Resort Mentawai. TEMPO/Reza M
Macaroni Resort Mentawai. TEMPO/Reza M
Iklan

TEMPO.CO , entawai: Pulau Siberut di Mentawai kini menjadi tempat terakhir untuk melihat kehidupan tradisional Mentawai yang masih bertahan. Di pedalaman Siberut ini kita masih menyaksikan punen, atau pesta adat, melihat lelaki mengolah sagu dan meramu racun panah, atau melihat Sikerei (dukun dan ahli tumbuhan obat) menari mengusir roh dengan dedaunan dan lonceng di tangan.

Salah satu perkampungan yang tradisional Mentawai terletak di sepanjang aliran Sungai Silaoinan, jauh ke pedalaman yang dapat dicapai dengan pompong atau perahu kecil dari Muara Siberut menyusuri sungai Silaoinan hingga ke hulu.

Di sepanjang sungai ini sedikitnya tinggal 14 klan yang hidup berkelompok sesuai sukunya. Satu klan mewakili satu suku yang juga dinamakan uma. Uma juga nama yang diberikan untuk rumah adat suku Mentawai.

Keunikan Pulau Siberut, dimulai dari sejarah geologisnya. Siberut adalah pulau muda yang terbentuk dari aktivitas geologis yang terpisah dari lempeng daratan Sunda sejak 500 hingga 1 juta tahun lalu. Sejarah geologi Siberut juga menjadikan pulau ini kaya dengan keragaman hayati dan beberapa spesies endemik. Salah satunya tiga jenis monyet dan satu siamang.

Orang-orang Mentawai yang mendiami kepulauan di pantai barat Sumatera itu diduga datang sebagai gelombang pertama orang-orang yang datang ke Nusantara dari Asia Daratan. Karena lama terpisah dari daratan Sumatera, kebudayaan mereka sangat khas.

Dalam sebuah perjalanan ke Siberut, saya menginap di salah satu uma milik Bajak Aman Sabaogok di tepi Sungai Silaoinan.

Uma dengan atap daun sagu itu cukup luas. Separuh rumah untuk ruang tamu tanpa dinding sehingga sejuk karena udara terus mengalir. Di dalamnya untuk ruangan tidur setelah dipasangi kelambu dan di bagian paling ujung untuk dapur dengan tungku dan kayu bakar yang akan menghangatkan malam.

Banyak yang menarik selama beberapa hari di pedalaman Siberut. Melihat para lelaki mengolah pohon sagu, dan para perempuan membuatnya menjadi makanan pokok. Di kampung ini terdapat dua tempat pengolahan sagu. Pohon sagu tumbuh subur di tepi sungai. Setelah diolah, tepung sagu yang masih basah dan keras diparut lagi dengan parutan rotan, lalu dibungkus daun sagu dan dipanggang.

Makanan ini dinamakan kapurut dan menjadi makanan pokok sehari-hari.  Bisa dimakan tanpa lauk, atau dengan rebusan ikan sungai dalam tabung bambu. Sagu bakar ini dimakan dengan kuah ikan rebus.

Tepung sagu juga diolah dengan dipanggang dalam buluh dekat bara api, makanan ini namanya kaogbuk. Rasanya lebih lembut dibandingkan kapurut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sementara lelaki gemar berburu, para perempuan gemar mengoleksi kuali dan periuk.

Kuali besi yang berjejer rapi itu menjadi hiasan dinding yang terlihat ganjil di uma. Di mana-mana tergantung kuali, di ruang tamu, di langit-langit, di tonggak rumah, hingga di dinding dapur. Ukurannya mulai dari diameter setengah meter hingga yang paling besar satu meter.

Ini dilengkapi dengan periuk besi berwarna hitam dan periuk timah berwarna perak. yang juga digantung berjejeran di dinding.

“Ini untuk alak toga anak lelaki saya kalau kawin untuk keluarga perempuan,” kata Bai Sabaogok, istri bajak Aman Sabaogok. Ia sudah mengoleksi 37 kuali dan 17 periuk untuk tiga anak lelakinya dan keponakan lelaki suaminya.

Alak Toga ini mas kawin dari lelaki untuk perempuan dan akan menjadi milik calon mertua perempuan. Alak Toga biasanya tujuh macam, sebuah kuali nomor 15 atau 30 (penomoran ini dikenalkan pedagang, kuali ukuran sedang nomor 15, dan kuali besar nomor 30), seekor babi, satu hektare ladang sagu, lima batang pohon durian, sebatang pohon kelapa, satu mata kampak, dan sekayu kelambu. Kadang-kadang bisa ditambah periuk.

Tinggal beberapa hari di pedalaman Siberut, hidup terasa menjadi lebih sederhana. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Uang juga tidak begitu berarti, karena uang tunai bagi masyarakat pedalaman hanya diperlukan untuk membeli bensin untuk mesin perahu, beli rokok, dan sesekali membeli beras dan pakaian.

Selain itu juga tidak ada yang takut kekurangan makanan. Sebatang pohon sagu bisa menghidupi satu keluarga dalam enam bulan. Selain sagu juga ada puluhan batang durian, ladang keladi dan ikan di sungai. Di setiap uma selalu punya ternak babi dan ayam yang cukup banyak.

FEBRIANTI

Berita lain:
Kemacetan Ancam Pariwisata Bali

Seniman Tiga Negara Ini Ngamen di Ullen Sentalu

Jak-Japan Matsuri Digelar Mulai 23 September 

Obyek Wisata Dieng Butuh Lahan Parkir Baru 

Yogyakarta Tuan Rumah Festival Seni Budaya Hindu

Dari Hulu ke Hilir, Festival Kopi Indonesia

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pengelolaan Kebun Raya Cibodas Akan Dilelang  

20 Agustus 2013

ANTARA/Teresia May
Pengelolaan Kebun Raya Cibodas Akan Dilelang  

Ada empat lokasi wisata yang memiliki daya tarik tertinggi di kawasan Cianjur, yaitu Kebun Raya Cibodas, Pantai Jayanti, Ziarah Makam Cikundul, dan Waduk Cirata.


300 Wisatawan Parangtritis Disengat Ubur-ubur  

11 Agustus 2013

Tentakel ubur-ubur hydromedusa bentik ini bercahaya. Dailymail.co.uk
300 Wisatawan Parangtritis Disengat Ubur-ubur  

Ubur-ubur datang bersamaan dengan datangnya musim kemarau


100 Ribu Pengunjung Padati Kawasan Wisata Ancol

9 Agustus 2013

Pengunjung memadati pantai Ancol di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta.(TEMPO/Yosep Arkian)
100 Ribu Pengunjung Padati Kawasan Wisata Ancol

Untuk lebaran tahun ini, Ancol dipadati sekitar 100 Ribu pengunjung.


Hari Ini, Pengunjung Ragunan Diprediksi Membludak

9 Agustus 2013

Pengunjung menonton seekor gajah di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta. ANTARA/Anita Permata Dewi
Hari Ini, Pengunjung Ragunan Diprediksi Membludak

Tahun lalu, puncak kunjungan ada di H+2 ketika pengunjung Ragunan mencapai 142.999 orang.


Borobudur Lebih Ketat Jelang Idul Fitri

8 Agustus 2013

Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah ini merupakan candi Buddha terbesar sekaligus paling terkenal di dunia. Borobudur dibangun pada abad ke-8 oleh dinasti Syailendra. TEMPO/Subekti
Borobudur Lebih Ketat Jelang Idul Fitri

Pengelola Candi Borobudur juga memasang close circuit television atau kamera CCTV di sejumlah titik di kawasan candi.


Payung-payung Cantik Warnai Langit Agueda Portugal  

26 Juli 2013

Payung warna-warni digantung di atas jalanan Agueda, Portugal, untuk melindungi orang-orang dari sengatan panasnya matahari. Keindahan jalanan ini kini menjadi atraksi turis yang digemari di Portugal. Dailymail.co.uk
Payung-payung Cantik Warnai Langit Agueda Portugal  

Payung-payung tersebut membuat turis yang berkunjung ke Agueda, Portugal, terkagum-kagum.


Jatim Park Group Bagi-bagi Tiket Gratis

10 Juli 2013

Museum Satwa di Kota Batu ini merupakan anak usaha Grup Jatim Park yang satu lokasi dengan Batu Screet Zoo di Jatim Park 2. TEMPO/Abdi Purnomo
Jatim Park Group Bagi-bagi Tiket Gratis

Promo diberikan untuk menjaga tingkat kunjungan wisata yang menurun saat bulan puasa.


Layak Dicoba, Resor Mewah Milik Bos Virgin Air

5 Juli 2013

Great House di Necker Island, British Virgin Islands milik miliarder Richard Branson yang disewakan seharga US $ 60 ribu atau sekitar Rp 596 juta per malam. Dailymail.co.uk
Layak Dicoba, Resor Mewah Milik Bos Virgin Air

Untuk menginap di resor mewah ini, Anda harus siap mengeluarkan
biaya sebesar US $ 60 ribu atau sekitar Rp 596 juta per
malamnya. Apa fasilitasnya?


Tantangan Penjelajah Kaldera Tambora

5 Juli 2013

Gunung Tambora. wikipedia.org
Tantangan Penjelajah Kaldera Tambora

Lama waktu tempuh turun sejauh 2,8 kilometer ini diperhitungkan delapan jam dan pulangnya memerlukan waktu lebih lama, sekitar 12 jam.


BBM Naik, Lokasi Wisata Bogor Padat Pengunjung

23 Juni 2013

Kemacetan di jalur keluar pintu tol Gadog, Ciawi, menuju kawasan Puncak, Bogor. ANTARA/Arif Firmansyah
BBM Naik, Lokasi Wisata Bogor Padat Pengunjung

Riska bahkan sudah menyiapkan uang untuk membeli ole-ole dan biaya makan di restroran untuk keluarganya.