TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengatakan bahwa rencana impor dan listrik bisa memperkuat sistem kelistrikan. Pasalnya, dengan interkoneksi jaringan listrik antar negara, sistem listrik menjadi stabil.
"Seperti di Eropa, yang menjadi satu sistem kelistrikan yang sangat besar, sehingga lebih stabil dan bisa melayani beban dalam jumlah besar," kata Pamudji, Jumat, 28 September 2012.
Ia mengatakan, saat ini sistem kelistrikan di Kalimantan Barat--yang direncanakan mengimpor listrik pada 2014--baru memiliki pasokan 200 megawatt. Jika sistem kelistrikan ini terhubung dengan yang ada di Serawak, secara total listrik akan memiliki daya 1.500 megawatt. "Kalau ada smelter berkapasitas 70 sampai 140 megawatt, sistem kelistrikan bisa menyuplai dengan baik dan stabil," kata Pamudji.
Saat ini, PLN masih membebaskan lahan untuk jaringan kelistrikan di Pontianak dan Serawak. Konstruksi akan dimulai pada 2013 dan bisa selesai pada akhir 2014.
Pamudji mengungkapkan, selain mempersiapkan jaringan untuk terhubung dengan Malaysia, PLN kini juga membangun pembangkit listrik baru. PLN tengah membangun dua unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Parit Baru, yang berkapasitas 50 megawatt. PLTU Parit Baru akan beroperasi secara komersial pada awal 2014.
Selain mengimpor, PLN mengekspor listrik dari Riau ke semenanjung Malaysia. Untuk listrik ekspor ini, PLN membentuk perusahaan patungan dengan PT Bukit Asam Tbk dan Tenaga Nasional Berhad.
"Investasinya sekitar Rp 20 triliun, tetapi sekarang masih dibahas struktur bisnisnya, termasuk berapa besaran investasi masing-masing pihak. Rencananya pembahasan ini selesai pada Desember 2012," kata Nur Pamudji.
Pada pertengahan Juni 2012, ketiga pihak telah menandatangani nota kesepahaman untuk membangun dua unit PLTU. Setiap unit berkapasitas 600 megawatt dan akan menggunakan batu bara 5-6 juta ton.
BERNADETTE CHRISTINA