TEMPO.CO , Jakarta:Dinosaurus bukanlah satu-satunya makhluk hidup purba yang menyita perhatian para ilmuwan. Kutu yang notabene berukuran renik ternyata juga banyak mengundang tanya para pakar paleontologi.
Penasaran dengan bentuk kutu purba, sekelompok peneliti dari Universitas Manchester, Inggris, merekonstruksi dua bayi (nimfa) kutu berumur 300 juta tahun. Mereka memindai fosil langka dengan sinar-X untuk memperoleh citra tiga dimensi si bayi kutu purba.
Bayi kutu purba itu belum diberi identitas lengkap. Para peneliti juga belum mencocokkannya dengan versi dewasa si kutu. Tetapi mereka mengklaim citra tiga dimensi bayi kutu yang dihasilkan adalah yang paling lengkap dari hewan Era Paleozoikum tersebut.
"Kedua serangga berukuran lebih dari 2 sentimeter. Fosil mereka diperkirakan berasal dari periode Carboniferous akhir, masih bagian dari Era Paleozoikum," kata Russell Garwood, pemimpin penelitian dari Universitas Manchester, Senin 1 Oktober 2012.
Hasil reka ulang fosil bayi kutu purba yang ditemukan di daerah Montceau-les-Mines, Prancis, tersebut diterbitkan secara daring dalam jurnal PLoS ONE edisi 25 September 2012.
Salah satu bayi kutu diberi nama Anebos phrixos, merujuk pada bahasa Yunani yang bermakna serangga muda dengan tubuh diselimuti duri. Tubuh bayi kutu yang ini memang dipenuhi duri sebagai bentuk pertahanan diri.
Agak berbeda dengan bayi kutu yang kedua. Para peneliti belum memberinya nama. Namun bentuk bayi kutu yang kedua lebih menyerupai kecoa modern dengan tubuh datar. Desain tubuh seperti ini memungkinkan si kutu menyelip ke celah-celah sempit serta menghindari timbulnya bayangan yang bisa menarik perhatian predator.
Reka ulang tiga dimensi tidak hanya memberi para peneliti detail gambar bentuk tubuh kedua bayi kutu, melainkan juga desain mulut mereka. "Mulut memegang petunjuk tentang makanan mereka," ujar Garwood.
Ia dan rekan-rekannya, misalnya, dapat memastikan bayi kutu nomor dua yang mirip kecoa adalah pemakan segala (omvinor). Minimnya bukti spesialisasi bentuk pada rahang dan bagian mulut lainnya menjadi petunjuk utama simpulan tersebut.
"Sama seperti bayi kecoa hutan yang modern. Mereka bisa memakan materi yang membusuk di lantai hutan," Garwood menjelaskan, seperti dikutip Livescience.
Para ilmuwan kini telah beralih ke CT-scan untuk menganalisis fosil dengan cara yang tidak merusak. Tim lain melaporkan pada 18 September 2012 di jurnal Paleontology bahwa mereka juga merekonstruksi fosil moluska berduri berumur 390 juta tahun yang merayap di dasar laut dengan metode pemindaian. Reka ulang digital selangkah lebih jauh saat mereka menggunakan printer tiga dimensi untuk membuat model fisik dari makhluk laut.
LIVESCIENCE | MAHARDIKA SATRIA HADI
Berita Terpopuler
Penjara bagi Pengunduh File Bajakan di Jepang
Apple Cabut Klaim Peta Paling Hebat
Otak Einstein Dihargai Rp 95 Ribu
Gara-gara iPhone 5, Pejabat Taiwan Panen Cibiran
Awan Debu Asteroid Kurangi Pemanasan Global