TEMPO.CO , Jember - Ahmad Firman, 30 tahun, ditahan aparat kepolisian karena menipu dua orang kiai pengasuh pondok pesantren di Kecamatan Silo Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Dia mengaku memperdaya mereka dengan berakting seperti sosok kiai nyentrik dari Banten. "Saya menipu untuk dapat uang," ujar Ahmad kepada penyidik kepolisian sektor Sempolan-Silo, Rabu 3 Oktober 2012.
Untuk memuluskan muslihatnya, Firman mengenakan jubah putih, dan bersorban. Rambutnya gondrong dan selalu membawa tasbih besar seraya berbicara logat Banten. Pria asal kecamatan Kalibaru Banyuwangi yang sudah setahun mengontrak rumah di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Sumbersari-Jember itu juga mengaku tidak bisa berbahasa Jawa maupun bahasa Madura kepada para korbannya.
Dalam sepekan terakhir, di Kecamatan Silo dia bisa meraup uang sebesar Rp 200 juta. Firman mengaku telah menipu Kiai Mawardi dan Kiai Muhlis. Selain itu, Ny. Paiman, istri Kepala Desa Karang Hardjo Kecamatan Silo. Ketiga orang itu tertipu janji dan akting Firman yang meyakinkan diri bisa menggandakan uang.
Aksi Kejahatan Firman terbongkar setelah polisi mendapat laporan dari Kiai Mawardi, seorang pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ulum di Desa Pace Kecamatan Silo. Mawardi mengaku kehilangan uang tunai sebesar Rp 75 juta. Selanjutnya Kiai Muhlis pengasuh pesantren Misbahul Falah juga mengaku tertipu Rp 50 juta, dan Ny. Paiman tertipu Rp 25 juta.
Firman mengaku tidak sendirian dalam beraksi. Dia dibantu dua temannya yang kini masih jadi buronan polisi yakni Hr, 40 tahun, warga Desa Pace Kecamatan Silo. HR, kata dia, bertugas mencari 'mangsa' di sekitar desanya, seperti yang terjadi
pada Mawardi. Hr menjanjikan bantuan menggiurkan kepada Mawardi. Ia bisa mengenalkan dengan seseorang yang akan membantu memperbanyak uang. Orang yang bisa menggandakan uang itu disebut-sebut merupakan kiai nyentrik asal Banten.
HR pun mengatur pertemuan antara Mawardi dan Firman si kiai gadungan. Pertemuan pertama terjadi di sebuah hotel di kawasan kota Jember. Kiai Ahmad Firman meminta syarat jika uangnya ingin berlipat ganda, maka Mawardi harus menyediakan uang tunai. Uang tunai Rp 75 juta. "Katanya nanti bisa berlipat menjadi Rp 5,6 miliar," ujar kiai Mawardi.
Dalam tiga kali pertemuan, total jenderal Mawardi menyerahkan uang tunai Rp 75 juta. Terakhir pada bulan September lalu, penyerahan uang terakhir sebesar Rp 10 juta dilakukan di rumahnya.
Setelah uang yang diserahkan terkumpul Rp 75 juta, Ahmad yang telah berubah menjadi 'kiai Banten' itu meminta izin masuk salah satu kamar di rumah Mawardi. Uang tunai asli dibungkus kertas hitam dan dibawa masuk ke dalam kamar. Setelah ditunggu beberapa saat, Firman keluar kamar sambil mewanti-wanti kepada pemilik rumah agar tidak masuk kamar tersebut hingga tiga hari.
Namun setelah Mawardi masuk kamar dan membuka bungkusan tas plastik hitam yang dikira berisi uang ternyata hanya guntingan kertas yang mirip uang. Tidak ada satupun uang asli dalam bungkusan itu. Merasa tertipu mentah-mentah, Mawardi melaporkan kasus itu ke polisi.
Setelah beberapa hari melacak, akhirnya polisi berhasil membekuk Firman di rumah kontrakannya. "Tersangka HR masih kita buru,"kata Kepala Kepolisian Sektor Sempolan-Silo, Ajun Komisaris Polisi Adi Sucipto.
Firman mengaku sebenarnya HR yang menjadi otak kejahatan itu. Dia mengaku hanya disuruh HR berakting sebagai kiai nyentrik. "Hasilnya, setelah dipotong uang operasional, dibagi berdua. Dia yang merencanakan semua, termasuk mencari sasaran," katanya.
Laki-laki yang badan dan kedua tangan penuhi tato itu mengaku tidak hanya menipu di Jember. Bulan lalu dia melakukan hal yang sama di Pulau Sumatera. Namun disana, kata dia, modusnya dengan menjual batu merah delima dengan harga puluhan juta rupiah. Padahal batu yang dijualnya merupakan batu palsu."Aslinya ya saya memang tidak bisa menggandakan uang," kata Firman.
MAHBUB DJUNAIDY
Berita terpopuler lainnya:
Pemerintah Siapkan ''Pengganjal'' Jokowi
Jokowi Tidak Akan Ambil Gaji Gubernur DKI?
Sakit Hati, Foto Bugil Kekasih Disebar ke Facebook
Bibit Waluyo: Saya Bukan Bajing Loncat
Cara Putri Gus Dur ''Merayu'' Djoko Susilo
Jokowi Puji Fauzi Bowo Sebagai Kesatria