TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah warga Ciputat, Tangerang Selatan, meragukan efektivitas angkutan massal untuk mengurangi kemacetan. Mereka menganggap angkutan semacam bus Transjakarta justru menambah kemacetan.
Sugito, 60 tahun, warga sekitar Pasar Ciputat, mengatakan moda transportasi Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway (APTB) alias bus feeder tidak cocok umtuk jalan Ciputat yang hanya terdiri atas dua ruas. "Jalanan di sini terlalu kecil buat busway," kata Sugito, Kamis, 4 Oktober 2012.
Dia mengatakan, tanpa ada busway, jalanan sudah macet. "Antara sini (Pasar Ciputat) dan Pasar Jumat, kalau macet bisa satu jam," ujarnya.
Rumini, 54 tahun, warga Ciputat, berpendapat sama. "Bakal tambah macet," ucapnya. "Kalau ada busway, jalan kan jadi sempit," Rumini bertutur. Dia khawatir menjadi korban gusuran jika jalan diperlebar untuk jalur busway. "Bisa-bisa saya digusur buat pelebaran jalan," katanya. Maklum, Rumini yang tinggal di Jalan Ir Juanda membuka kios hingga bibir jalan.
Dinas Perhubungan DKI Jakarta berencana mengoperasikan bus APTB mulai hari ini, 4 Oktober 2012. Bus feeder tersebut untuk jurusan Ciputat, Tangerang Selatan, menuju Terminal Kota, Jakarta Pusat. Rutenya mencakup Terminal Kota-Jalan Lada-Stasiun Kota-Jembatan Batu-Mangga Dua Raya-Berputar-Mangga Dua Raya-Hayam Wuruk-Ir H Juanda-Jalan Medan Merdeka Barat-Jalan M.H.Thamrin-Jalan Sudirman-Sisingamangaraja-Jalan Panglima Polim-Jalan Radio Dalam-Jalan Metro Pondok Indah-Lebak Bulus-Pasar Jumat-Ciputat.
Menurut Yayah, 18 tahun, tetangga Rumini, bus yang ada sekarang sudah cukup. Misalnya Patas AC 76 yang melayani rute Ciputat-Senen. "Sudah itu saja. Busway biar di Lebak Bulus saja," katanya. Selain bersaing dengan Patas AC 76, bus feeder juga menghadapi Bianglala 57 jurusan Ciputat-Kota.
ATMI PERTIWI