TEMPO.CO, Jakarta -Sekitar 1.000 orang ramai berolahraga di sekitar Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad pagi, di ambang September lalu. Tak ada yang aneh saat itu. Lalu, datanglah lima orang laki-laki berjalan seraya mendorong gerobak berisi seperangkat sound system dengan speaker besar. Setelah memarkir gerobak, empat orang lari dan masuk ke kolam air mancur di bawah Patung Tugu Selamat Datang. Adapun satu orang lagi sibuk menyalakan musik dari sound system, dan kemudian lari bergabung dengan empat rekannya.
Tak lama berselang, dentaman musik terdengar menggelegar. Kelima pria itu mulai menari. Mereka mengajak sekitar 1.000 orang lainnya yang menyemut di sana untuk membuat tarian flash mob. Massa pun mulai menari seraya berteriak, "oppa gangnam style!” Mereka menarikan tarian kuda ala penyanyi Korea, Psy, yang tengah mendunia itu.
Flash mob bukanlah ide gila, sudah biasa. Namun melakukan flash mob dengan berbasah-basah di dalam kolam air mancur Bundaran HI itu memang sinting. Begitulah Edho Zell Pratama dan keempat rekannya dari komunitas Happy Holiday Indonesia. Ini sebuah komunitas yang mengisi liburan mereka dengan aneka permainan gila.
Menurut Edho, sebelum mereka melakukan flash mob tersebut, para peserta berlatih 10 kali secara sukarela. “Mereka teman-teman kami yang sudah merespons video-video Happy Holiday Indonesia yang kami unggah di YouTube,” ujarnya. Video flash mob itu juga mereka unggah di YouTube, dan hingga Kamis lalu, sudah ditonton lebih dari 1,8 juta orang.
Ya, YouTube amat berjasa mengenalkan komunitas Happy Holiday Indonesia kepada dunia. Total sudah lima video mereka keluarkan. “Tunggu video keenam, gokil habis. Kira-kira pertengahan November nanti kami unggah,” kata Indra Subrata, 24 tahun, yang akrab disapa Insu.
Kegilaan lainnya yang diunggah di YouTube adalah lomba berlari dengan helm yang terbakar, menggoreng pisang dengan tangan, mengoleskan obat jamur yang memerihkan kulit ke alat kelamin, dan menggetok kepala.
Terbentuknya komunitas Happy Holiday Indonesia bermula dari pertemanan lama antara Edho Zell dan Muhamad Reza–kerap disapa Arap--melalui dunia maya. “Kami suka main game online sejak 12 tahun lalu,” kata Edho. Pertemanan itu melebar hingga bertambah dengan kedatangan Insu, Stepen, dan Zachry Lee. Victor Kunaefi, 25 tahun, terlibat belakangan saat pembuatan video ketiga—lari dengan helm terbakar dan melempar telur ke teman. “Saya kasihan saja sama mereka, makanya mau gabung,” ujar Victor, sekenanya.
Mereka kemudian sering bertemu. Dari pertemuan itulah kemudian kerap muncul ide untuk melakukan permainan-permainan gila. Hingga pada 19 Desember 2011, mereka berpikir untuk mewujudkan ide-ide gila dan mengisi liburan mereka dalam sebuah komunitas. Maka, lahirlah Happy Holiday Indonesia. “Libur panjang, enggak punya uang, tapi kami tetap bahagia,” ujar Edho tentang prinsip yang diusung komunitasnya. “Intinya, bagi kami, setiap hari itu liburan.”
Edho, yang menjadi motor komunitas, menjelaskan bahwa anggota inti adalah mereka berenam. Tak ada tempat tetap yang dijadikan markas komunitas. Mereka selalu berpindah-pindah tempat. Biasanya, bergantian di rumah mereka masing-masing.
Sejak terbentuk, kegiatan komunitas ini adalah membuat permainan gila yang harus dimainkan oleh salah satu anggota sebagai korban. Mereka mengundi, siapa yang kalah, ia harus siap jadi korban memainkan kegilaan itu. “Kalau ngerjain orang, sudah biasa. Kalau korbannya teman sendiri, lebih seru,” kata Edho. Biasanya, meski diundi, korban paling sering adalah Arap. “Soalnya dia paling penakut.”
Boleh dibilang, permainan gila yang mereka ciptakan itu di luar batas pikiran orang normal.
“Prinsip kami memang ingin mewujudkan fantasi gila yang orang lain tak sanggup melakukannya,” kata Zachry. Kegiatan itu mereka rekam dalam video dan kemudian diunggah di situs YouTube.
Video gila pertama mereka adalah melompati air mancur di Mal Taman Anggrek, Jakarta. Stepen, sang korban, terjatuh dalam tantangan ini sehingga tak bisa lari dari kejaran petugas satpam. “Satpam-satpam sudah bosan mengusir kami.”
Tujuan awal mereka mengunggah video kegiatan komunitas ini di YouTube sederhana saja, yakni untuk membuat Happy Holiday bisa dikenal luas. Ternyata, respons terhadap video mereka sangat banyak. Edho dan anggota inti kemudian mengambil sikap. “Mereka yang merespons video itu menjadi teman kami dan langsung dijadikan anggota Happy Holiday Indonesia,” kata Arap. “Sehingga, sifat keanggotaan kami sangat cair.”
Dalam perjalanannya, banyak di antara mereka yang merespons video itu yang mendukung kegiatan yang digelar komunitas. “Ada yang meminjamkan peralatan untuk permainan gila kami, ada yang meminjamkan komputer,” ujar Arap. “Itu jelas sangat membantu, karena modal kami cuma ngocol, hahaha.” ISTIQOMATUL HAYATI