TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Rozik Boedioro Sutjipto membenarkan pihaknya belum membayar dividen kepada negara. Sebab, belum ada keputusan pemegang saham mengenai pembayaran dividen.
"Dividen itu tergantung keputusan rapat pemegang saham," kata Rozik ketika ditemui usai peluncuran "Kumpulan Hasil Penelitian Lingkungan Hidup di Lahan Tailing" di Gedung The Energy, Jakarta, Selasa, 9 Oktober 2012.
Rozik mengatakan pembayaran dividen bisa dilakukan sekarang atau ke depan, tergantung keputusan rapat pemegang saham. Namun Rozik mengatakan belum ada ketentuan mengenai pembayaran dividen ini.
Sebelumnya, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengatakan PT Freeport belum menyetor dividen kepada negara. Terlambatnya masuknya dividen ini menyebabkan target penerimaan negara dari dividen belum terpenuhi.
Namun Menteri Dahlan mengatakan maklum jika Freeport belum membayarkan dividen karena melihat produktivitas Freeport yang menurun.
Rozik mengatakan realisasi produksi pada tahun 2012 diperkirakan hanya sekitar 70 persen atau 80 persen dari produksi normal. "Kadar tembaga maupun emas relatif rendah dibanding yang biasa kami tambang sebelumnya. Jadi karena itu perolehannya akan lebih rendah, sekitar 70 persen atau 80 persen dari yang normal," kata Rozik.
Selain itu, Rozik mengatakan produksi dari tambang bawah tanah belum mencapai target. Produksi bijih dari deep ore zone (DOZ) sebelumnya ditargetkan mencapai 80 ribu metrik ton per hari pada kuartal IV 2012, dari sebelumnya 45.400 ton per hari pada kuartal II 2012. "Produksi underground belum mencapai itu, masih 50 ribu sampai 60 ribu ton. Underground itu memang masalahnya lebih rumit daripada yang surface mining," kata Rozik.
Rozik mengatakan, pada triwulan III 2012, pendapatan perusahan bisa sedikit membaik dibandingkan kuartal sebelumnya karena harga emas yang membaik. Saat ini perusahaan mengolah sekitar 180 ribu ton bijih per hari dengan kadar emas 0,6 gram per ton.
"Harga naik, produksi kurang, dan kadar turun. Kombinasi itu yang akan menentukan. Tetapi dibandingkan kuartal yang sebelumnya mungkin sedikit naik," kata Rozik
Dalam publikasi di situs Freeport McMorran disebutkan induk perusahaan di Amerika Serikat menargetkan penjualan dari Indonesia pada 2012 sebanyak 750 juta pon tembaga dan 960 ribu ons emas. Jumlah ini turun dari kinerja 2011 yang mencatatkan penjualan tembaga sebanyak 846 juta pon tembaga dan 1,3 juta ons emas.
Penjualan Freeport Indonesia diharapkan kembali meningkat pada 2013 setelah perusahaan bisa menggarap tambang yang memiliki kualitas bijih lebih baik.
Akhir Juni lalu, dalam rapat dengar pendapat di DPR, Freeport Indonesia berencana membayarkan dividen tahun ini kepada negara sebesar Rp 1,5 triliun.
Pada tahun anggaran 2009, Freeport membayarkan dividen sebesar Rp 2,09 triliun. Pada tahun anggaran 2010 setoran dividen Freeport menjadi Rp 1,51 triliun kemudian pada tahun anggaran 2011 membayar dividen sebesar Rp 1,76 triliun.
BERNADETTE CHRISTINA