TEMPO.CO, Surabaya - Ratusan Mahasiswa Universitas Airlangga, Surabaya, memadati Aula Lantai 3 Gedung C, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Selasa, 9 Oktober 2012. Mereka terlihat sangat antusias mengikuti acara talkshow "Buka Mata, Mari Bekerja di Media" yang disampaikan oleh Direktur Bisnis Tempo Media Group, Toriq Hadad; GM Head Corporate Communication Telkomsel, Ricardo Indra; serta Wakil kepala Customer Management dan Marketing Division BNI, Donny Bima
Talkshow ini dibuka dengan sebuah prolog dari Redaktur Jawa Pos Tomy Cahyo sebagai pemandu acara ihwal Dahlan Iskan yang pernah mengungkapkan rasa pesimisnya dengan media cetak di tengah gempuran media televisi dan online. Dahlan Iskan, bekas CEO Jawa Pos yang kini menjabat Menteri Badan Usaha Milik Negara, pernah mengumpulkan wartawannya pada 2007. Saat itulah Dahlan Iskan menyatakan rasa pesimisnya.
Dahlan Iskan, kata Tomy, juga sempat mempersilakan wartawannya untuk mengambil kesempatan bekerja sebagai jurnalis online karena saking pesimisnya saat itu. Namun, kekhawatiran tersebut tidak terbukti. "Zaman batu boleh berganti menjadi zaman logam tapi, toh, batu tetap ada," kata Tomy.
Toriq Hadad yang mendapat giliran pertama menjadi pembicara bercerita tentang bagaimana bekerja di sebuah media yang saat ini ada beragam jenis, mulai dari cetak, online, dan televisi. Dia juga bercerita bagaimana dengan populasi penduduk Indonesia sebanyak 234 juta berbanding lurus dengan peningkatan kue iklan industri media. Iklan meningkat terus sejak 2010 sebesar Rp 63 triliun menjadi Rp 75 triliun pada 2011 dan meningkat lagi menjadi Rp 89,3 triliun pada 2012.
Toriq juga bercerita bagaimana industri media saat ini yang mengalami perkembangan pesat. Dengan jumlah populasi penduduk sebesar 234 juta penduduk, terdapat 10 stasiun televisi nasional, 60 televisi lokal, 1.178 stasiun radio, 415 surat kabar, 495 surat kabar mingguan dan ratusan lainnya majalah. Survei SPS Pusat menyebutkan kalau media cetak masih akan bertahan hingga 30 tahun lagi. Kehadiran media online, kata Toriq, tidak membunuh, melainkan melengkapi. "Media digital menjadi jalur pendapatan baru bagi media cetak," katanya.
Ricardo Indra selaku pembicara kedua menyampaikan bahwa media massa merupakan partner korporasi. "Untuk bicara dengan publiknya, perusahaan membutuhkan media," kata Ricardo yang juga bekas wartawan Tempo ini. Ketika ditulis negatif oleh sebuah media, bagaimana kemudian untuk recovery image, sudah pasti perusahaan memerlukan media. Karena itu, media merupakan partner bagi pelaku industri. Karena itu, kata Ricardo, bekerja di media itu tidak akan pernah ada habisnya. "Sampai kapanpun media tetap ada," katanya.
Selama komunikasi masih ada, kata Ricardo, media juga akan tetap ada. Hal yang sama juga dikatakan Donny Bima. Dia membawakan sebuah paparan tentang peranan media dalam dunia perbankan. Dalam sebuah promosi, komunikasi pemasaran sangat memiliki peran penting. Media, kata Donny menjadi sarana promosi yang efektif dan efisien bagi industri. Acara talkshow ini juga dihadiri Dekan FISP Unair, Ignatius Basis Susilo, yang juga sempat memberikan sambutan.
Kegiatan ini telah berlangsung di sejumlah kampus pilihan di pulau Jawa mulai dari Universitas Padjajaran (Bandung), Universitas Jendral Sudirman (Purwokerto), Universitas Pembangunan Nasional Veteran (Jogyakarta), Universitas Negeri Solo (Surakarta), Universitas Brawijaya (Malang) dan berikutnya Universitas Diponegoro (Semarang). SPS berinisiasi kegiatan SPS Goes to Campus ini digelar rutin setahun sekali.
Safril Mubah, Koordinator Humas Fisip Unair mengatakan media merupakan isntrumen penting dalam mempublikasikan berita secara singkat dan cepat di era globalisasi dan masyarakat informasi sekarang ini. "Media memiliki pengaruh signifikan dalamperkembangan masyarakat," kata dia. Karena itu, talkshow ini menjadi bermakna bagi mereka yang ingin berkarir di media.
DAVID PRIYASIDHARTA