TEMPO.CO, Angkor - Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa balok-balok batu pasir yang digunakan untuk membangun candi kuno Angkor Wat berasal dari tambang di kaki gunung suci di dekatnya. Candi dan monumen kuno lainnya di Kota Angkor, Kamboja, dibangun dengan batu-batu yang sama.
Namun, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana 5-10 juta balok batu itu--sebagian di antaranya berbobot lebih dari 1,5 ton--bisa mencapai Angkor, yang berjarak puluhan kilometer? Kini rahasia itu terungkap berkat aplikasi Google Earth.
Dalam penelitian yang diterbitkan di Journal of Archaeological Science, tim peneliti memeriksa peta daerah berdirinya Angkor Wat menggunakan aplikasi Google Earth. Mereka menemukan garis-garis yang terlihat seperti jaringan transportasi.
"Survei lapangan mengungkapkan bahwa garis-garis itu adalah serangkaian kanal yang dihubungkan beberapa jalan dan sungai, lalu mengarah dari tambang langsung ke Angkor," ujar tim peneliti, Selasa, 16 Oktober 2012.
Jalan dan kanal, beberapa di antaranya masih berfungsi menahan air, digunakan untuk memindahkan balok-balok batu selama abad ke-9 sampai ke-13. Total jarak tempuh dari lokasi pengambilan batu sampai ke Angkor sekitar 37 kilometer.
"Kami masih belum tahu apakah balok batu dialirkan lewat kanal menggunakan rakit atau dengan cara lain," ujar para arkeolog.
Para ahli sebelumnya berteori, balok-balok batu itu diapungkan menyusuri kanal ke Danau Tonle Sap lantas menuju hulu Sungai Siem Reap, dengan jarak 90 kilometer.
Jaringan kanal yang baru ditemukan via Google Earth itu diperkirakan dibangun oleh ribuan pekerja pada zaman Kerajaan Khmer selama berbulan-bulan. Kanal itulah yang mempermudah pembangunan Angkor Wat, candi Hindu yang diperkirakan dibangun pada abad ke-12 selama tiga abad.
"Kanal-kanal ini adalah bagian dari jaringan waduk dan karya hidrolik rumit yang dirancang para insinyur Khmer. Karya mereka selalu mengilhami dan mengundang kekaguman," ujar para peneliti.
HUFFINGTONPOST | MAHARDIKA SATRIA HADI