TEMPO.CO, Jakarta -Sekitar 80 persen fasilitas penunjang kompleks rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Marunda, Jakarta Utara, raib dicuri. Kondisi tersebut diperkirakan akan semakin parah karena sebagian besar unit rumah susun yang ada belum terisi hingga kini.
Asri Hidayat, pengelola rusunawa Marunda, mengatakan bahwa sebagian besar aksesori rusunawa raib pada malam hari. Para pencuri biasanya mengincar kabel listrik, sakelar, stop kontak, lampu, kran air, dan kosen bangunan. "Mungkin yang masih tersisa di luar bangunan hanya sekitar 20 persen," ujar Asri saat ditemui Tempo, Senin, 22 Oktober 2012.
Menurut Asri, sebagian besar aksesori yang hilang tadinya berada dalam bangunan rusunawa milik Kementrian Pekerjaan Umumdi Cluster A dan milik Kementerian Perumahan Rakyat di Cluster C. Sedangkan sebagian isi Kluster A serta seluruh isi Kluster B milik Provinsi DKI Jakarta masih utuh. "Ada tapi tidak banyak. Sebab, sebagian besar unitnya sudah terisi, relatif bisa diawasi," ujar dia.
Saat melancarkan aksinya, ujar Asri, kawanan maling beroperasi pada malam hari, saat penghuni Kluster A--yang sebagian besar sudah terisi--sudah terlelap. Sedangkan penjaga keamanan, yang jumlahnya tidak seberapa, tidak mampu mengawasi secara menyeluruh. "Kami pernah mengejar malingnya pada malam hari, tapi mereka mampu melarikan diri."
Akibat penjarahan itu, tak mengherankan jika fasilitas perumahan bagi warga kurang mampu di Jakarta itu hanya menyisakan bangunan utama. Sedangkan aksesori penunjangnya tidak tersisa. "Unit milik PU dan Kemenpera hanya sisa bangunannya, karena asesorinya sudah ludes," ujar Asri. "Pernah 500 sakelar lampu di blok PU habis semua."
Yosep Sipayung, anggota staf administrasi rusunawa Marunda, menuturkan, untuk menghentikan tindak pencurian, ia bersama penjaga keamanan kompleks kerap melakukan operasi rutin. Namun luas rusunawa, yang mencapai 26 hektare, membuat petugas keamanan tak bisa menjangkau semua titik. "Akhirnya kami hanya berkonsentrasi pada milik Pemda, sementara yang lainnya kami hanya mengontrol saja," kata dia.
Hingga kini, ujar Yosep, enam unit Kluster A dan lima unit Kluster C milik pemerintah pusat belum berpenghuni. Lambannya serah-terima dari pemerintah pusat membuat fasilitas negara tersebut terbengkalai dan tidak terpakai. "Kami hanya menjalankan tugas. Soal itu, saya tidak tahu alasannya," kata dia.
Pekan lalu, Gubernur Joko Widodo mengadakan inspeksi mendadak ke kompleks terbesar tempat tinggal warga kurang mampu di Jakarta tersebut. Banyaknya unit yang belum terisi membuat Jokowi angkat bicara dan berniat menggratiskan biaya hunian massal tersebut.
JAYADI SUPRIADIN