TEMPO.CO, Maumere--Mampir ke Maumere, Nusa Tenggara Timur, jangan lewatkan Pasar Geliting. Ini pasar tradisional di Maumere. Anda akan menikmati suasana berbaur dengan penduduk lokal. Tapi, pasar ini hanya buka setiap Jumat. Lebih asyik jika Anda ke pasar Geliting pada pagi hari. Jangan kesiangan. Kalau tidak, Anda bakal kelewatan banyak hal menarik.
Berbagai macam barang dan hal unik bisa Anda temukan di pasar Geliting. Apa saja?
1. Kain ikat tenun
Berbagai macam produk kain ikat tenun khas Flores ada di Pasar Geliting. Biasanya selendang berukuran kecil, sedang, dan besar dengan berbagai macam motif. Juga ada kain ikat tenun sebagai sarung dengan berbagai motif. Motif untuk kaum pria dan perempuan berbeda.
Anda harus menawar ketika membeli di pasar ini. Soalnya, para pedagang akan memberi harga beberapa kali lipat jika yang membeli adalah pendatang, turis lokal dan asing. Untuk syal, harganya antara Rp 50-100 ribu. Harga kain berkisar Rp 200-700 ribu.
Nah, jika Anda tertarik membeli kain, perhatikan bahan dan warnanya. Kain yang terbuat dari pewarna kimia dan benang modern, harganya lebih murah. Tapi bila kain yang terbuat dari benang tradisional dan pewarna alami, harganya lebih mahal. Sebab, proses pembuatannya bisa sampai berbulan-bulan bahkan setahun.
Baca Juga:
Orang Flores membeli kain dan selendang untuk saat-saat tertentu, misalnya pesta sambut baru (komuni pertama), kelahiran, kematian, pernikahan, dan acara-acara adat lainnya.
2. Penduduk lokal
Pemandangan menarik yang Anda temukan di Pasar Geliting adalah penduduk lokalnya. Para pedagang ini datang dari berbagai wilayah di Kabupaten Sikka. Ada yang datang dari Sikka Lela, Waigete, Paga, Nita, dan lain-lain. Mereka mengenakan sarung khas Flores dengan berbagai macam motif. Setiap wilayah mempunyai motif tertentu.
Jangan lewatkan untuk mengobrol dengan penduduk lokal. Anda bisa mendapat beraneka ragam cerita. Perempuan setengah baya yang biasanya berdagang sambil nyirih. Mereka cukup ramah saat saya ajak bercakap-cakap. Ketika mereka tersenyum, saya melihat gigi yang kemerahan karena kunir bercampur asam dan kapur.
Mereka berangkat dari daerahnya masing-masing dengan bus kayu. Bus kayu sebenarnya adalah truk berukuran besar yang bagian belakangnya diisi dengan bangku kayu panjang untuk para penumpang. Pagi-pagi mereka berangkat dari daerah asalnya, untuk mencari peruntungan di Pasar Geliting.
3. Moke
Ini minuman keras khas Maumere. Semacam arak. Saat saya tiba di Pasar Geliting, ibu-ibu mengenakan sarung berdiri berjejer di depan pasar sambil membawa jerigen warna biru tua berderet-deret. "Ini moke," kata salah satu perempuan setengah baya itu.
Moke itu kemudian dituangkan ke dalam botol-botol minuman air mineral yang sudah dikosongkan. Harga moke tergantung ukuran kapasitas tampung botolnya. Harganya mulai dari Rp 10 ribu, tergantung kualitasnya. Rasanya agak pahit bercampur asam.
Biasanya penduduk lokal minum moke ketika ada acara-acara tertentu. Misalnya: pesta sambut baru, pernikahan, dan acara-acara lainnya.
4. Produk pertanian
Berbagai macam kebutuhan rumah tangga seperti garam dan jagung tersedia pula. Produk pertanian ini hasil panen dari lahan perkebunan mereka sendiri. Para penjual produk pertanian ini juga datang dari berbagai daerah di kabupaten Sikka.
5. Ikan
Ikan-ikan yang dijual di Pasar Geliting adalah hasil tangkapan nelayan. Mulai dari kakap, tuna, dan lain-lain. Ikan adalah lauk utama bagi masyarakat di sini. Berbagai macam lauk pauk terbuat dari olahan ikan. Sayur ikan, sop ikan, sate ikan, hingga perkedel ikan.
NIEKE INDRIETTA