TEMPO.CO, Jakarta - Produsen kelapa sawit, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), akan mulai mengoperasikan empat pabrik baru tahun depan. Empat pabrik baru ini akan menambah kapasitas produksi anak usaha PT Astra Internasional Tbk tersebut. Penambahan empat pabrik baru ini membuat total pabrik milik Astra Agro menjadi 26 pabrik.
“Pabrik baru itu ada di Kalimantan Selatan satu unit, di Kalimantan Timur dua unit, dan Sulawesi Selatan satu unit,” kata Direktur Keuangan Astra Agro, Santosa, dalam acara workshop Grup Astra di Bandung, Jumat, 2 November 2012. Pabrik baru ini akan menambah kapasitas produksi Astra Agro sebesar 180 ton per jam, dari 1.050 ton per jam menjadi 1.130 ton per jam.
Produksi minyak sawit mentah (CPO) Astra Agro pada periode Januari-September 2012 naik 11,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada sembilan bulan pertama tahun lalu produksi CPO-nya mencapai 930,8 ton. Tahun ini produksi mereka mencapai 1.035,2 ton. Harga jual CPO turun 0,5 persen pada Januari-September 2012, dari Rp7.776 per kg pada 2011 menjadi Rp7.739 per kg.
Ia menambahkan belanja modal (capital expenditure) perseroan sampai September 2012 melonjak 39,5 persen dari Rp1,3 triliun menjadi 1,89 triliun. Pendapatan naik 8,1 persen, dari Rp 7,9 triliun pada Januari-September 2011 menjadi Rp 8,5 triliun pada periode yang sama tahun ini. Laba bersih perseroan n turun 10 persen, dari Rp1,8 triliun menjadi Rp1,7 triliun.
Di tengah turunnya harga CPO, Santosa yakin kebutuhan CPO akan terus meningkat seiring dengan pertambahan populasi dunia. Proyeksi pertambahan penduduk dunia adalah 80 juta jiwa per tahun. “Penambahan populasi ini setara dengan penambahan 3 juta ton minyak nabati dunia. Kalau dikonversikan, setiap tahun harus ada 1 juta hektare kebun kelapa sawit baru,” Santoso mengatakan.
Ia menambahkan, sayangnya di Indonesia dalam 5 tahun terakhir tidak pernah ada lebih dari 600 ribu hektare tanaman baru. Produksi CPO nasional mencapai 23 juta ton sampai September 2012. Pada akhir tahun estimasi produksi CPO nasional mencapai 25,2 juta ton.
Menanggapi penurunan harga CPO, menurut ia, perseroan tidak memiliki langkah antisipasi. “Kalau harga turun ya turun saja, kalau naik ya naik saja.”
Ia mengatakan penurunan harga yang terjadi sekarang terkesan tanggung. “Kalau nanggung begini, orang tidak akan jual kebunnya, jadi sebaiknya jangan nanggung turunnya,” katanya.
ANANDA W. TERESIA