TEMPO.CO, BANDUNG - Distributor alat berat, PT United Tractors Tbk., pada periode Januari-September 2012 mencatat penurunan penjualan alat berat sebesar 15 persen. Penurunan penjualan itu terjadi akibat lesunya sektor pertambangan.
Dibandingkan periode sama tahun lalu, volume penjualan perseroan turun dari 6.396 unit menjadi 5.455 unit. ”Penurunan itu selain karena pengaruh lesunya sektor pertambangan, juga karena pengaruh kompetitor dari China,” kata Head of Investor Relations PT Astra International Tbk., Tira Ardianti, dalam workshop Grup Astra, di Bandung, Jumat, 2 November 2012.
Presiden Direktur United Tractors, Djoko Pranoto, mengatakan permintaan alat berat di Indonesia menurun. Total permintaan alat berat di Indonesia pada 2011 mencapai 17.500 unit. Tapi, per September 2012, hanya 12.400 unit.
Ia memperkirakan permintaan sampai akhir tahun juga akan menurun. “Jadi sudah terlihat sampai akhir tahun. Perkiraan kami permintaan akan turun 14.000-14.500 unit. Cukup besar, penurunan sekitar 20 persen,” katanya. Untuk pangsa pasar perseroan, Djoko menargetkan mencapai 44,45 persen sampai akhir tahun.
Di balik penurunan volume penjualan alat berat, penjualan suku cadang United Tractors naik. Menurut Djoko, penjualan suku cadang United Tractors tahun lalu mencapai Rp 6,1 triliun. “Tahun ini diharapkan naik lebih dari 20 persen,” Djoko mengatakan.
Menurut dia, penjualan suku cadang alat berat naik karena konsumen cenderung menaikkan umur mesin atau alat sehingga mereka akan membeli suku cadang. “Investasi pembelian suku cadang akan lebih besar. Ini jadi keuntungan buat kami.”
Tahun depan, Djoko memproyeksikan sektor pertambangan akan mencatatkan pertumbuhan yang flat. “Atau bisa lebih turun dibandingkan dengan pada 2012,” ucapnya. Menurut dia, perseroan akan menggenjot unit usaha konstruksi dan infrastruktur untuk menutup lubang pada sektor pertambangan. “Biasanya satu tahun sebelum pemilu, pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur. Ini kesempatan untuk meningkatkan penjualan sektor konstruksi.”
Meski penjualan turun, perseroan mampu meningkatan perolehan laba bersih sebesar 3 persen. Pada sembilan bulan pertama 2012, laba perseroan naik dari Rp 4,3 triliun menjadi Rp 4,5 triliun. Pendapatan juga naik 11 persen dari Rp 39,7 triliun menjadi Rp 44,1 triliun.
ANANDA W. TERESIA