TEMPO.CO, London - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan salah satu fokus kunjungannya ke Inggris adalah untuk meningkatkan investasi perusahaan-perusahaan Inggris di Indonesia. Dalam konferensi pers di Hotel Grosvenor House, London, dan dihadiri oleh Tempo, Sabtu pagi, 3 November 2012, Presiden SBY mengatakan dalam krisis global ini salah satu ancaman yang dihadapi ndonesia adalah menurunnya tingkat ekspor produk ke negara-negara maju, khususnya Eropa.
SBY mengatakan, diperlukan sumber daya baru untuk mengimbangi penurunan ekspor itu agar pertumbuhan ekonomi yang juga ditopang oleh pengeluaran pemerintah dan konsumsi tetap stabil, atau bahkan meningkat. Oleh karenanya peningkatan investasi dari perusahaan -perusahaan luar negeri, dalam hal ini dari Inggris, menjadi penting.
Ketika ditemui Tempo di tempat yang sama, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Muhammad Chatib Basri, mengatakan Inggris adalah investor asing nomor empat terbesar di Indonesia setelah Singapura, Jepang, dan Korea Selatan.
Chatib mengatakan tahun ini realisasi investasi dari perusahaan Inggris telah mencapai US $ 900 juta, sehingga sudah lebih dari dua kali pada tahun lalu, di mana realisasi investasi total pada 2011 sebesar US$ 400 juta. Salah satu yang dijajaki adalah memproduksi mobil murah dan terjangkau serta ramah lingkungan, seperti yang disampaikan oleh Presiden SBY.
“Saya sudah sampaikan keinginan ini kepada CEO Jardine Matheson (pemilik mayoritas PT Astra International). Sir Henry Keswick. soal keinginan investasi di mobil ramah lingkungan selain investasi di infrastruktur,” tutur Presiden SBY.
Apabila hal itu bisa diwujudkan, subsidi bahan bakar minyak akan menurun, sehingga alokasi dari APBN dapat digunakan pada pembelanjaan yang lebih bermanfaat bagi masyarakat. “Jika diperlukan, pemerintah akan memberikan insentif agar nantinya mobil ramah lingkungan ini harganya terjangkau bagi masyarakat,” Presiden SBY menambahkan.
Selain itu, dalam pertemuannya dengan CEO Prudential, Tidjane Thiam, Presiden SBY menyampaikan Indonesia makin maju, kehidupannya semakin modern, industri jasa semakin meningkat, sehingga industri jasa asuransi semakin penting bagi masyarakat Indonesia. “Saya menginginkan agar untuk menerapkan asas inklusivitas finansial, Prudential diharapkan tidak hanya melayani konsumen menengah ke atas, tetapi juga konsumen menengah ke bawah di Indonesia,” tuturnya.
Mengenai pertemuannya dengan Chief Executive BP Group, Robert Dudley, Presiden SBY memastikan proyek pembangunan gas alam cair sebesar US$ 12 miliar. “Kontrak perjanjian sekarang ini lebih adil dan baik untuk Indonesia, di mana kebutuhan gas domestik diutamakan, harganya lebih baik, serta mengakomodasi kepentingan tenaga kerja Indonesia.”
Jumat lalu, Presiden SBY bertemu dengan masing-masing pimpinan perusahaan multinasional Inggris tersebut. Mereka masing-masing diberikan waktu 20 menit bertemu dengan Presiden SBY yang didampingi beberapa menteri bidang ekonomi setelah acara forum bisnis Indonesia-Inggris Raya di Istana St. James Palace.
VISHNU JUWONO (LONDON)