TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Thamrin Sihite, memproyeksikan harga batu bara tahun depan akan mencapai US $ 100 per ton. Sebelumnya, sejak kuartal II 2012, harga batu bara kalori tinggi, (di atas 5.500 kilo kalori) hanya bergerak di level US$ 80 hingga US$ 86 per ton. Angka itu jauh lebih rendah daripada harga rata-rata di tahun lalu yang mencapai US$ 120 per ton.
"Saat ini pun harga mulai naik karena ada permintaan untuk menyambut cuaca musim dingin di beberapa belahan dunia," kata Thamrin di Jakarta, Senin, 12 November 2012.
Saat ini, negara-negara di belahan bumi utara seperti Amerika Serikat, Eropa, Cina, Korea Selatan, dan Jepang memasuki musim dingin. Kebutuhan akan penghangat ruangan akan membuat permintaan batu bara sebagai bakan bakar listrik mereka meningkat. Sementara suplai tetap atau bahkan cenderung menurun, peningkatan permintaan inilah yang diduga akan mengerek harga batu bara.
Tahun depan, menurut Thamrin, harga batu bara akan kembali merangkak naik karena perekonomian negara-negara industri besar macam Amerika Serikat dan beberapa negara lain di Eropa akan mulai pulih dari krisis. "Naiknya permintaan mereka inilah yang akan menaikkan harga batu bara," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia, Bob Kamandanu, menyatakan, rendahnya harga batu bara tahun ini di antaranya disebabkan menjamurnya perusahaan pemegang izin usaha pertambangan (IUP) batu bara baru.
Rendahnya harga, menurut Bob, membuat perusahaan tambang batu bara raksasa, seperti PT Adaro Energy Tbk dan PT Kaltim Prima Coal, menurunkan produksinya. "Bahkan, puluhan pemegang IUP batu bara juga sudah sempat menutup tambangnya," ujarnya.
PINGIT ARIA
Berita Terpopuler:
Soedirman dan Keris Penolak Mortir
Soedirman, Kisah Asmara di Wiworo Tomo
Cerita Kesaktian Soedirman
Soedirman, Bapak Tentara dari Banyumas
Soedirman, Sang Jenderal Klenik