TEMPO.CO, Yogyakarta--Wakil Menteri Kebudayaan, Wiendu Nuryanti, mengajak masyarakat mulai melakukan gerakan untuk melestarikan permainan tradisional anak. Wiendu mengatakan gerakan pelestarian ini bisa dimulai dengan mendorong anak-anak menggemari mainan tradisional.
"Kita bisa budayakan ini dengan mulai memberi hadiah anak-anak kita berupa dakon, enggrang dan mainan tradisional lainnya," ujar Wiendu di sela pembukaan Festival Permainan Tradisional Anak I di Yogyakarta pada Jumat malam, 16 November 2012.
Wiendu mengatakan gerakan pelestarian juga bisa dilakukan dengan mendorong banyak industri kecil lebih kreatif dalam mengemas permainan tradisional anak. Karena itu, dia menyarankan banyak guru yang hadir di Festival Permainan Tradisional Anak I menggali banyak pelajaran mengenai inovasi untuk membuat permainan tradisional tampil lebih menarik. "Siswa sekolah harus dibuat mencintai permainan tradisional bukan mainan anak-anak impor," kata dia.
Wiendu mengatakan saat ini dunia permainan anak-anak Indonesia justru lebih didominasi oleh produk-produk buatan China. Sementara permainan tradisional berbagai daerah di nusantara malah kian hari semakin tak dikenal dan lenyap dari ingatan anak-anak Indonesia.
Padahal, kata Wiendu, jika anak-anak bisa kembali mencintai berbagai macam permainan tradisional, ini merupakan peluang bagu tumbuhnya banyak industri kecil. Karena itu, dia menyarankan selain menumbuhkan kecintaan anak pada permainan tradisional, produsen mainan tradisional juga harus lebih banyak memperbaharui desainnya agar menarik perhatian.
"Bayangkan kalau semua orang tua memberi hadiah ulang tahun untuk anaknya berupa mainan tradisional, potensi ekonominya besar sekali sekaligus membuat budaya leluhur tetap lestari," kata dia.
Wiendu juga mengusulkan pemerintah daerah mulai berlomba-lomba untuk membangun museum yang mendokumentasikan banyak profil permainan tradisionalnya. Dia mengaku heran, hingga kini Indonesia tak memiliki museum permainan tradisional yang lengkap. Padahal, negara-negara seperti Malaysia, Singapura dan Filiphina memiliki museum untuk kebutuhan dokumentasi seperti ini. "Kita sampai sekarang belum punya museum yang secara lengkap mendokumentasikan permainan tradisional," kata dia.
Di tempat yang sama, Direktur Pembinaan Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Gendro Nurhadi mengatakan berdasar catatan komunitas Hong Bandung, saat ini di Indonesia ada 800 permainan tradisional anak yang masih bisa dikenali. "Kemungkinan jumlah sebenarnya jauh lebih banyak," ujar dia.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM