TEMPO.CO, Jakarta - Hasil penelitian Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang menyebutkan mayoritas orang tua tidak ingin anaknya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dibenarkan oleh para politikus. Mereka menilai survei tersebut mewakili kondisi yang terjadi di Parlemen.
"Menurut saya survei itu sesuai dengan fakta dan realitas. Tidak usah jauh-jauh, anak dan istri saya saja sudah protes minta saya mundur dari DPR dan kembali menjadi pengusaha," ujar Wakil Bendahara Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo saat dihubungi Tempo melalui telepon, Senin, 19 November 2012.
Menurut anggota Komisi Hukum DPR itu, anak dan istrinya malu dan prihatin melihat politikus di Senayan. "Karena DPR dicaci maki di dalam dan luar negeri. Ada saja langkah DPR yang kemudian menjadi bulan-bulanan di berbagai media," ucapnya.
Hasil Survei LSI yang dirilis pada pertengahan November ini menyebutkan sebanyak 56,43 persen responden tidak ingin menjadi anggota DPR. Bahkan, pada survei di segmen gender, sebanyak 55,08 persen laki-laki dan 56 persen perempuan tidak ingin anaknya menjadi politikus di Senayan.
Faktor yang membuat mereka tidak mau menjadi wakil rakyat adalah banyaknya anggota DPR yang terseret kasus korupsi, anggota DPR dinilai mementingkan diri sendiri dan kelompoknya, kerap tersandung kasus moral, dan kinerja yang buruk.
Gede Pasek, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat mengatakan, hasil survei itu harus menjadi refleksi perbaikan DPR ke depan. Jalan yang harus ditempuh, kata dia, memperbaiki kinerja dan keinginan orang mengabdi di lingkup legislatif. "Sebab, pada prinsipnya semua orang ingin membuat sejarah yang baik untuk diri masing-masing," ujarnya.
Adapun Bambang Wuryanto, Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan DPR, mengatakan survei itu adalah kritik yang bagus untuk perbaikan DPR ke depan. "Memicu kerja kami menjadi lebih baik sehingga orang tua bangga bila kelak anaknya menjadi politikus," katanya.
TRI SUHARMAN