TEMPO.CO, Surabaya - Tumpukan berkas berwarna putih menghiasi meja kerja kepala kantor perwakilan Satuan Kerja Sementara Pelaksana (SKSP) Migas Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa) pengganti BP Migas Jabanusa, Selasa (20/12). Dengan cekatan, pria itu menata tumpukan berkas yang berserakan dan menyapa ramah kedatangan Tempo.
Ya, satu minggu pasca keluarnya putusan MK Nomor 36/PUU-X/2012 tentang pembubaran BP Migas Selasa pekan lalu, Agus Kurnia selaku Kepala perwakilan SKSP Migas Jabanusa, baru hari ini memasuki kantor eks BP Migas Jabanusa yang terletak di bilangan Jalan Panglima Sudirman, Surabaya.
Melihat kedatangan Tempo, entah lupa atau tidak, Agus buru-buru melepas tanda pengenal BP Migas yang masih menempel di saku kiri bajunya. Tanda pengenal sejenis 'keplek' tersebut sebagai penanda bahwa dirinya adalah kepala perwakilan BP Migas Jabanusa sebelum dibubarkan oleh keputusan MK. Begitu memasuki kantor, tumpukan berkas-berkas itu menanti untuk diparaf oleh Agus Kurnia.
Meski telah berganti nama, Agus memastikan tidak ada perubahan aktivitas pekerja di kantornya. Ia menjamin 25 karyawan yang terdiri dari 9 karyawan tetap dan 16 pekerja penunjang tugas, tetap bekerja seperti biasa. "Maaf kepleknya saya lepas saja, bukan Kepala Perwakilan BP Migas lagi," ujarnya sembari tertawa lepas.
Sesuai Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 3135 K/08/MEM/2012, kini BP Migas berubah menjadi SKSP Migas di bawah kendali langsung menteri ESDM. Meski begitu, ujarnya, pihaknya tetap menjalankan tugas dan fungsi layaknya perwakilan BP Migas sebelumnya di daerah.
Namun, kini pihaknya masih berkutat membereskan persoalan internal SKSP Migas yang baru terbentuk. Ihwal hubungan kerja yang sifatnya eksternal, Agus menginstruksikan untuk menjalankan pekerjaan yang sifatnya operasional dan berkaitan dengan proses produksi minyak dan gas bumi, seperti pemboran, uji seismik, dan sosialisasi. Pekerjaan eksternal yang tidak terkait langsung dengan eksplorasi dan eksploitasi hulu migas, sementara berhenti.
"Seperti menjadi dosen tamu ke beberapa universitas, saya hentikan dulu," imbuhnya. Terakhir, ia menjadi dosen tamu di Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Sabtu ( 10/11) lalu, atau tiga hari sebelum keputusan MK keluar.
Lebih detil pria jebolan Teknik Mesin Universitas Indonesia itu menjelaskan, perubahan BP Migas diikuti dengan perubahan tata administrasi surat menyurat. Kepada Tempo, ia menunjukkan kop surat yang tak ada lagi logo dan tulisan BP Migas yang tertera di atas surat keterangan tugas (SKT) untuk lifting. Kop surat tersebut bertuliskan "Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKSP Migas) Perwakilan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara".
Lantaran baru terbentuk, lambang SKSP Migas di sisi kanan surat keterangan tugas itu masih kosong. Meski belum terdapat logo SKSP Migas, lanjutnya, SKT tetap memiliki kekuatan hukum dan sah.
Setelah BP Migas bubar, kini Agus disibukkan dengan surat menyurat pemberitahuan tentang perubahan organisasi BP Migas ke SKSP Migas. Selaku kepala perwakilan SKSP Migas di daerah, dirinya wajib memperkenalkan unit baru pengatur industri hulu migas nasional tersebut kepada setiap stakeholder.
Disinggung tumpang tindih tugas dengan Dinas ESDM Jatim, Agus memastikan tak akan terjadi. Mengingat, meski di bawah Kementerian ESDM, SKSP Migas hanya fokus pada kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi. Soal rencana beberapa kontraktor kontrak kerja sama (K3S) di wilayah Jabanusa yang segera berproduksi pada 2014, Agus yakin rencana itu tetap berjalan sesuai target.
Sekadar diketahui, Petronas Carigali di Lapangan Kepodang Blok Muria segera berproduksi pada kuartal ke-4 2014 dan Husky Oil di lepas pantai Kabupaten Sumenep yang diperkirakan memproduksi gas hingga 150 MMSCFD.
Kiki, salah satu staf SKSP Migas Jabanusa kala ditemui Tempo menyatakan, kegiatan karyawan masih seperti biasa. Ia berharap perubahan BP Migas menjadi SKSP Migas tidak membawa efek destruktif bagi karyawan SKSP Migas Jabanusa. "Seperti biasa mas," kata Kiki sambil menarik daun pintu ruangan kerjanya.
Hal yang paling mencolok terkait penutupan logo BP Migas dengan kain hitam di depan kantor tersebut. "Katanya mau dibongkar, tapi gak tahu kapan," kata seorang satpam.
DIANANTA P. SUMEDI