TEMPO.CO, Trenggalek - Pemerintah Kabupaten Trenggalek menyiapkan tim reaksi cepat (TRC) yang diharapkan tanggap dalam mengantisipasi bencana banjir dan longsor tahun ini. Seluruh wilayah di kabupaten ini dinyatakan rawan karena kondisi geografisnya yang bergunung-gunung.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Trenggalek, Djoko Rusianto, mengatakan pembentukan tim reaksi cepat ini merupakan salah satu upaya menanggulangi bencana alam yang sudah menjadi rutinitas di kawasan ini. Selain menimbulkan kerusakan infrastruktur, banjir dan longsor yang terjadi sepanjang tahun juga merenggut korban jiwa di musim hujan. “Tim ini sudah siap bekerja pada banjir tahun ini,” kata Djoko di sela sosialisasi antisipasi bencana di Kelurahan Sumber Gedong, Trenggalek, Kamis, 22 November 2012.
Di depan seluruh kepala desa se-Kabupaten Trenggalek yang berkumpul, Djoko meminta masyarakat agar bisa mengenali gejala alam yang mengarah pada bencana. Sebab, biasanya warga selalu terlambat melakukan tindakan ketika air bah telah tiba.
Di saat genting inilah TRC yang terdiri dari TNI, Polri, PMI, Pramuka, dan organisasi massa berperan. Selain mengevakuasi korban dan warga, mereka mengidentifikasi kerusakan dan berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Djoko menegaskan, anggota TRC ini telah dibekali pelatihan dan kemampuan khusus menangani bencana. Sebelumnya, mereka diwajibkan mengikuti pelatihan di Waduk Wonorejo Tulungagung di bawah 13 instruktur ahli dari Basarnas Jatim, Kodim 0806, Kepolisian Resor, Dinas Kesehatan, dan organisasi radio amatir/radio antarpenduduk Indonesia (RAPI). Dalam pelatihan tersebut seluruh peserta dilatih berbagai keterampilan penanggulangan korban bencana, baik yang ada di dalam air, darat, maupun di daerah pegunungan.
Untuk mengatur efisiensi dan percepatan respons siaga, tim ini dibagi dalam tiga wilayah bencana, yakni wilayah utara yang meliputi lima kecamatan, wilayah selatan dengan empat kecamatan, serta wilayah barat dengan lima kecamatan yang rawan.
Pemerintah juga menjamin percepatan perbaikan infrastruktur korban bencana yang dialami masyarakat. Tahun ini BPBD Provinsi Jawa Timur telah menyediakan anggaran sebesar Rp 200 miliar untuk didistribusikan ke seluruh lokasi bencana di provinsi ini. “Pemulihan bencana juga akan lebih cepat,” kata Djoko.
Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum setempat, konsentrasi bencana longsor terjadi di Kecamatan Bendungan dengan melibatkan sembilan desa. Sementara banjir lebih meluas dengan meliputi wilayah Kecamatan Trenggalek, Pogalan, Karangan, Gandusari, dan Durenan.
Nurmuhyar, warga Kecamatan Durenan, mengaku sudah terbiasa dengan musibah banjir ini. Setiap musim hujan, kampung tempat tinggalnya selalu banjir. Dia berharap tahun ini banjir bisa dimininalkan dengan keberadaan TRC bentukan pemerintah daerah. “Semoga saja tidak ada korban jiwa,” katanya.
HARI TRI WASONO