TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, Perry Warjiyo, tak dapat memastikan nilai tukar rupiah bakal bergerak sesuai asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun depan. "Policy nilai tukar adalah melakukan stabilisasi sesuai dengan kondisi fundamental," ujar Perry di Bank Indonesia, Jumat, 14 Desember 2013.
Ia juga menegaskan, bank sentral tidak punya target nilai tukar rupiah pada level tertentu. Meski begitu, ke depan, Bank Indonesia meramal defisit transaksi berjalan akan membaik, neraca modal juga akan cukup, dan hasilnya: neraca pembayaran akan surplus. "Itu akan mendukung stabilitas nilai tukar," ucapnya.
Mengacu pada kurs tengah rupiah BI, awal pekan ini, rupiah berada di posisi Rp 9.653 per dolar AS. Sedangkan pada Jumat siang ini rupiah menguat 8 poin dibanding penutupan awal pekan lalu, yakni ke Rp 9.645 per dolar AS.
Tadi pagi, Menteri Keuangan Agus Martowardojo memperkirakan anggaran pemerintah tahun depan sudah membengkak Rp 70 triliun, meski belum berjalan. Hal ini terjadi salah satunya karena nilai tukar, selain karena pergerakan harga minyak dan penerimaan negara.
Sebelumnya, pengamat ekonomi dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih, menilai saat ini kondisi kurs rupiah dalam keadaan yang mengkhawatirkan. Ia meminta pemerintah ikut mewaspadai pelemahan nilai tukar rupiah tersebut.
Pasalnya, berdasarkan data yang ia himpun dari Januari hingga minggu pertama Desember 2012 (year to date), rupiah sudah melemah hingga 6,7 persen. “Ini sudah rawan," katanya Rabu lalu.
MARTHA THERTINA