TEMPO.CO, Jakarta - Salah seorang pendiri Partai Demokrat, Hengky Luntungan, pesimistis elektabilitas partai itu bisa mencapai di atas 10 persen pada Pemilihan Umum 2014. "Tidak mungkin," kata Hengky di Gallery Cafe Taman Ismail Marzuki, Sabtu, 15 Desember 2012.
Anggota Forum Komunikasi Pendiri Demokrat ini menilai Demokrat sedang berada dalam posisi bingung. "Sekarang saja, masih pada bingung apa yang mau dikonsolidasikan, kok mau elektabilitas 30 persen," kata dia.
Mengklaim turut bergerilya meningkatkan elektabilitas Demokrat dari 6,7 persen menjadi lebih dari 50 persen, Hengky juga melihat adanya kisruh internal dalam Demokrat. Kisruh itu tidak sanggup ditutupi hingga terbaca oleh orang luar Demokrat.
"Pertarungan rumah tangga sudah ke luar pagar, bahkan lawan-lawan sudah melihat adanya pertarungan," kata dia.
Perhelatan Silaturahmi Nasional di Sentul, 14-15 Desember ini, juga dilihat sebagai indikasi adanya kebingungan. "Silatnas tidak ada di dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Boleh dilaksanakan, tetapi tidak boleh menghasilkan keputusan strategis," ujar Hengky.
Ia pun melihat ada tiga hal yang bisa dilakukan para pengurus, kader, dan simpatisan Partai Demokrat untuk menyikapi kerusuhan internal. Pertama, membiarkan saja dan hanya jadi penonton. Kedua, aktif merestrukturisasi dan merevitalisasi partai. "Ketiga, berhadap-hadapan membumihanguskan partai," kata dia.
Hengky melihat opsi kedua merupakan yang paling kuat potensinya saat ini untuk meningkatkan elektabilitas partai. Caranya, para pengurus, para pemimpin partai yang melakukan tindakan 'terpuji', seperti korupsi, harus segera keluar dari partai.
Termasuk di antaranya Ketua Umum Anas Urbaningrum, yang sering disebut terindikasi terlibat korupsi proyek Pusat Pendidikan Olahraga Nasional Hambalang. "Kami tidak membenci partai, juga personalnya saudara Anas atau pengurus lainnya. Tetapi para pimpinan yang korup tolong tinggalkan partai ini," kata dia.
ARYANI KRISTANTI