TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, menyatakan Demokrat tidak hanya kalah di udara, atau kompetisi melalui media massa. "Di darat, mereka juga kalah. Soliditas mesin partainya lemah," kata Ari, Ahad, 16 Desember 2012.
Sebagai contoh, Ari menyebutkan, dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta. Mesin Partai Demokrat tidak bisa menggerakkan pemilih untuk memilih pasangan Fauzi Bowo- Nachrowi. "Paling parah di pemilihan kabupaten/kota, mesin Partai Demokrat tidak efektif, kalah dari koalisi Golkar sama koalisi PDI Perjuangan," kata dia.
Kemarin, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengatakan partainya kalah di serangan udara atau pertarungan media massa. Menurut Anas, pertarungan politik ada di dua wilayah, yaitu udara dan darat. Untuk menyiasati kekalahan di udara, Demokrat akan mengintensifkan jaringan kader di level masyarakat (darat). "Harus kami akui kami di udara kalah," kata Anas dalam Silaturahmi Nasional di Sentul International Convention Center, Jawa Barat, Sabtu, 15 Desember 2012.
Namun, Ari melihat masih sulit bagi Demokrat untuk mengulangi kemenangan di udara pada 2009. Pada 2009 lalu, pemilih masih setia pada figur Susilo Bambang Yudhoyono. Untuk Pemilu 2014, belum terlihat ada figur dominan di Demokrat.
"Mayoritas pemilih masih lebih dominan kepada personalisasi figur dibanding partai," kata dia.
ARYANI KRISTANTI