TEMPO.CO, Jakarta - Berasal dari Newcastle, Inggris, Sting bukanlah penyanyi lagu cinta-cintaan. Kebanyakan lagu yang ia bawakan menyinggung isu politik, sosial, lingkungan, serta hak asasi.
Misalnya saja tembang Dance Alone (Cueca Solo). Dirilis pada 1987, dalam album …Nothing Like the Sun, lagu ini memprotes kekejaman diktator Cile, Jenderal Augusto Pinochet. Atau lagu Fragile, yang ia dedikasikan bagi Ben Lindler, seorang insinyur sipil Amerika yang dibunuh Contras.
Kepedulian Sting akan isu hak asasi membuat sejumlah penonton konser Sting Back to Bass berharap ada lagu yang didedikasikan Sting ke Munir. Munir adalah pejuang hak asasi yang diduga mati diracun. (Baca juga: Sting Diminta Bernyanyi untuk Munir). Namun, harapan itu tidak diwujudkan oleh Sting, Sabtu, 15 Desember 2012.
Selama 2 jam 10 menit berada di atas panggung Mata Elang International Stadium, Ancol, Sting sama sekali tidak menyinggung nama Munir. Ia memang berkomunikasi dengan penggemarnya. Tapi hanya sebatas menyapa, menanyakan kabar, dan bercerita soal lagunya, End of the Game.
"Selamat malam Jakarta," kata Sting usai menyanyikan lagu pertama, If I Lose My Faith In You. "Dulu Aku pernah ke sini, waktu kalian masih kecil.” (Baca juga: Sting Muncul Penonton Berteriak)
CORNILA DESYANA
Berita terpopuler lainnya:
Tiga Kiamat di 2012
Kronologi Penembakan Maut Murid SD di Connecticut
Anas Sebut Pemecatan Ruhut Isu Tak Penting