TEMPO.CO, Surabaya - Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Timur, Dewi J. Putriatni, mengungkapkan bahwa Gunung Arjuno dan Welirang di Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan akan dieksplorasi. Potensi panas bumi di dua gunung tersebut segera mendapat status "wilayah kerja pertambangan" (WKP).
“Mudah-mudahan WKP keluar triwulan pertama tahun depan,” kata Dewi, Selasa, 18 Desember 2012.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur memiliki pijakan untuk melakukan tender dalam mengeksplorasi dan memproduksi listrik dari tenaga panas bumi atau geotermal. Potensi geotermal di dua gunung tersebut telah disurvei. Arjuno dan Welirang diprediksi memiliki potensi untuk pembangkit listrik hingga 200 megawatt.
Menurut Dewi, Provinsi Jawa Timur menyimpan potensi panas bumi cukup besar. Setidaknya ada temuan di 11 titik. Dari jumlah itu, baru tiga titik yang dieksplorasi, yaitu WKP Gunung Ijen oleh Medco Cahaya Energi, WKP Telaga Ngebel di bawah Bakrie Energi, dan WKP Hiyang Argopuro oleh Pertamina Geothermal Energi.
"Untuk Ijen dan Ngebel masing-masing potensinya 110 MW. Khusus titik potensi panas bumi yang belum disurvei, saya belum tahu potensinya. Hanya melihat manifestasinya berapa," kata Dewi. Dari tiga titik, baru dua WKP tereksploitasi, yakni Ijen dan Ngebel. Ijen dan Ngebel lebih cepat karena tak masuk kawasan hutan konservasi.
Ini berbeda dengan WKP panas bumi di lereng Gunung Hiyang Argopuro milik Pertamina Geothermal Energi. Dewi melihat, WKP panas bumi di Argopuro masuk kawasan hutan lindung yang memerlukan izin penggunaan hutan lindung dari Kementerian Kehutanan. "PGE kendalanya karena masuk hutan konservasi," kata dia.
Pakar geotermal dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Widya Utama, mengatakan, potensi panas bumi Gunung Arjuno-Welirang bisa mencapai 265 MW. Ia merujuk data PT Elnusa yang telah merampungkan survei di dua gunung tersebut.
Ihwal investasi yang dibutuhkan, Widya menyebut kisaran US$ 5 juta per 1 MW. "Itu mulai dari eksplorasi hingga benar-benar menghasilkan listrik. Cukup mahal memang," kata Widya. Tahun depan, ujarnya, ITS berencana melakukan kajian guna menindaklanjuti temuan PT Elnusa tersebut.
DIANANTA P. SUMEDI